Welcome to IncoherentArt

You'll find anything here........such as.....opo y...cari ndiri we ah...males aku njelasken....kalo nda ada bole cari ditempat lain...tapi ketoke ada kok....hehehehe....selamat berekplorasi...........

Smiley face
Tampilkan postingan dengan label PHOTOGRAPHY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PHOTOGRAPHY. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Desember 2011

Tips Fotografi 13

Tidak ada komentar:



Framming dalam Fotografi

Pada dasarnya framming dalam fotografi terdiri dari beberapa unsur, seperti :

1. ANGLE (Sudut Pandang), Angle ini merupakan sudut pandang kamera, dimana anda membuat sudut dalam sebuah objek. Dalam Angle ini, terdapat 3 dasar dari angle, yaitu : >> High Angle : Sudut kamera melihat kebawah, tak penting dimana anda meletakkan kameranya, yang penting bagaimana sudut pandangnya. High Angle ini dapat membuat subjek yang difoto lebih kecil(kurus), oleh karena itu banyak wanita yang suka difoto dengan high angle ini. Selain itu High angle ini dapat membuat efek dimana subjek terlihat lebih kecil, menderita, ditindas,dsb. >> Eye Angle : Sudut kamera diletakkan sejajar dengan arah pandang, jadi subjek dibuat sejajar dengan arah pandang kamera. Hal ini akan membuat subjek sejajar. >> Low Angle : Posisi kamera dihadapkan ke atas, jadi membuat kesan subjeknya lebih besar, berwibawa, dsb.
2. SHOT SIZE / TYPE OF SHOT, Ini merupakan ukuran gambar yang akan menentukan informasi apa yang ingin anda sampaikan. >> Extreme Close Up (ECU) : Merupakan tipe shot terkecil, biasanya digunakan untuk memberikan informasi tertentu dimana objeknya sangat kecil. >> Big Close Up (BCU) : Jika subjeknya adalah kepala manusia, biasanya BCU ini diambil dari dahi hingga dagu. >> Close Up (CU) : Diambil dari kepala hingga bahu atas. >> Medium Close Up (MCU) : Kepala hingga dada. >> Medium Shot (MS) : Ukuran gambar dari kepala hingga pinggang. >> Medium Long Shot (MLS) : Kepala hingga lutut. >> Long Shot (LS) : Kepala hingga kaki.
3. KOMPOSISI, Komposisi merupakan hal yang tak kalah penting dalam pengambilan gambar, oleh karena itu sebelum anda memotret, sebaiknya anda paham mengenai komposisi ini. Terdapat 2 hal utama dalam komposisi, yaitu : >> Head Room : Komposisi ini merupakan daerah ruangan diatas kepala. Jangan sampai terlalu berlebih, kecuali ada informasi lain yang ingin anda sampaikan. >> Looking Room : Ini adalah jarak pandang antara mata dengan frame.Jika subjek melihat ke kiri, maka ruang sebelah kiri sebaiknya lebih luas dibanding sebelah kanan.Begitu pula sebaliknya.

Shutter Speed Pada DSLR
Shutter Speed, merupakan kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai. Kecepatan ini yang nantinya akan menentukan seberapa banyak sinar yang ditangkap. Berikut kecepatan Shutter speed yang terdapat pada sebuah kamera DSLR.

* Bulb – artinya kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai di tentukan sendiri oleh klik telunjuk kita pada shutter release. Sehingga bulb ini dapat menjadi alternative ketika kita tidak menemukan shutter speed yang disediakan oleh DSLR. Namun menggunakan bulb terkadang membutuhkan naluri yang kuat.
* Slow Speed, adalah kategori kecepatan rendah dalam Shutter speed. Angkanya adalah mulai dari lebih dari 2 detik hingga seper tiga puluh detik (1/30s). Slow Speed biasanya digunakan pada saat kondisi objek, foreground maupun background minim cahaya. Namun ada resiko yang harus dibayar ketika menggunakan slow speed, penggunaan objek slow speed sebaiknya tidak pada objek bergerak dan untuk hasil maksimal, wajib menggunakan tripod / penopang sehingga gambar tidak shake / goyang. Namun beberapa fotografer justru memanfaat slow speed untuk menghasilkan sebuah foto yang bernilai seni tinggi, semisal digunakan untuk teknik panning pada sebuah kendaraan ataupun digunakan untuk membidik aliran sungai sehingga menghasilkan aliran sungai yang lembut bagaikan salju. Atau juga digunakan untuk menghasilkan sebuah laser / trail light dimalam hari. Ini salah satu gambr ketika saya menggunakan teknik slow speed di malam hari.
* Fast Speed, merupakan kategori kecepatan tinggi dalam Shutter Speed. Angkanya dimulai dari seper empat puluh detik (1/40s) hingga lebih dari seper seribu detik (1/1000s). Fast Speed biasanya digunakan untuk objek dengan kondisi penuh cahaya dan berkecepatan tinggi, sehingga tidak diperlukan sesuatu untuk menopang kamera. Fast Speed sangat cocok digukanan untuk membekukan sesuatu, seperti lebah yang sedang terbang kesana kemari, seorang pembalap motor dengan kecepatan tinggi bahkan, ada kamera yang khusus diciptakan untuk menerapkan Fast Speed sehingga dapat membekukan sebuah peluru yang sedang melesat.

Fotografi Malam

Fotografi Malam mengacu pada foto yang diambil di luar ruangan antara senja dan fajar. Fotografer malam umumnya memiliki pilihan antara menggunakan cahaya buatan atau menggunakan paparan panjang, memperlihatkan adegan untuk detik atau bahkan menit, untuk memberikan film cukup waktu untuk mengambil gambar yang dapat digunakan, dan untuk mengimbangi kegagalan timbal balik. Dengan kemajuan film berkecepatan tinggi, lebih tinggi sensitivitas sensor gambar digital, lensa lebar aperture, dan kekuatan yang selalu lebih besar dari lampu perkotaan, fotografi malam semakin dimungkinkan dengan menggunakan cahaya yang tersedia.


Teknik & Peralatan Night Shot

1. Tripod A biasanya diperlukan karena waktu pemaparan yang panjang. Atau, kamera dapat ditempatkan pada objek, mantap datar misalnya meja atau kursi, dinding rendah, ambang jendela, dll.

2. Sebuah kabel shutter release atau self timer hampir selalu digunakan untuk mencegah kamera goyang saat tombol rana dilepaskan.

3. Fokus manual, karena sistem autofocus biasanya beroperasi buruk dalam kondisi cahaya rendah. Kamera digital baru menggabungkan mode Live View yang sering memungkinkan fokus manual sangat akurat.

4. Sebuah stopwatch atau timer remote, untuk waktu eksposur yang sangat lama dimana pengaturan bohlam kamera digunakan.


Panduan Night Shot


1. Pilih kamera yang tepat. pemotretan Malam yang sebaiknya dilakukan dengan manual SLR 35 mm kamera. Jika Anda memutuskan untuk bekerja secara digital, pastikan bahwa Anda memiliki kemampuan untuk memiliki rana Anda terbuka, melampirkan memicu rana dan kontrol aperture dan kecepatan rana.

2. Bawa alat yang tepat, yang meliputi tripod dan memicu rana, sehingga Anda tidak kamera goyang saat tersandung rana selama eksposur panjang. Hal ini juga penting untuk melakukan dan tangan timer diadakan untuk melacak waktu eksposur.

3. Gunakan film kecepatan sedang atau lambat untuk menghasilkan gambar berkualitas. Bahkan film yang cepat akan memerlukan waktu paparan yang lama, namun film menengah dan lambat, dengan sedikit kesabaran, akan menciptakan kualitas biji yang paling sempurna.

4. Bracket tembakan Anda untuk memastikan gambar yang sempurna. Ini berarti bahwa Anda harus angka kira-kira waktu bukaan untuk menembak Anda, dan kemudian menembak setidaknya dua foto lagi, menambah dan mengurangi waktu. Misalnya, jika Anda percaya Anda dapat mengambil foto yang bagus dengan satu kali paparan menit, menembak lain di 30 detik dan satu lagi di dua menit.

5. Gerak Tangkap dengan mengambil keuntungan dari waktu yang lama Anda eksposur. jalan cahaya Catch mobil zooming bawah jalan tol, atau melacak pergerakan bintang di langit malam.

6. Bermain main dengan pengaturan aperture. Anda memiliki tanda kurung foto Anda, sekarang coba lagi dengan setting aperture yang berbeda. Sebuah aperture yang lebih kecil dapat membantu mencegah lampu stasioner dari overexposing film, sedangkan aperture yang lebih besar dapat membantu mencegah adanya gerak pada gambar akhir.

7. Trigger flash saat terpapar untuk membuat cahaya nyata untuk materi pelajaran Anda. Ini akan membuat latar belakang lebih jelas, sedangkan menerangi subjek yang Anda menembak.


Original Site : http://avriell-andini.blogspot.com/search/label/Photography
Continue Reading...

Perbedaan kamera full frame dengan crop sensor

Tidak ada komentar:
Beberapa waktu yang lalu ada yang bertanya tentang beda kamera digital full frame dengan kamera digital crop frame (biasa). Maka dari itu mari kita bahas secara mendalam dan mudah-mudahan lengkap.
Kamera full frame berukuran sensor lebih besar dari kamera SLR crop, berapa bedanya? Luas penampang kamera full frame adalah 864 mm2 dibandingkan dengan kamera crop sensor Canon: 329 mm2, Nikon, Sony, Pentax : 370 mm2 dan Olympus: 225 mm2

Dampak perbedaan ukuran inilah yang menjadi sumber perbedaan-perbedaan dibawah ini:
1. Kualitas foto
Kamera bersensor berukuran besar lebih baik terutama di ISO tinggi (foto di tempat yang gelap). Untuk ketajaman foto, ini tergantung juga dengan lensa yang dipakai. Kalau lensa yang dipakai jelek, maka kualitas foto di kamera bersensor besar malah bisa lebih buruk.
2. Jangkauan fokal lensa
Bila kita mengunakan lensa yang sama dan kita pasang di kamera full frame dan satunya lagi kamera crop frame, maka ada perbedaan jangkauan fokal lensa. Di kamera full frame, foto akan terlihat lebih lebar, sedangkan di kamera crop frame, lebih sempit. Hal ini dikarenakan kamera crop frame otomatis mengkrop foto yang diambil.
Tiap merek kamera memiliki rasio yang agak berbeda dengan yang lain. Contoh Canon 1.6, Nikon, Pentax dan Sony 1.5, Olympus 2. Artinya bila lensa 100mm di pasang di kamera crop Canon, maka akan keliatan seperti 160mm di kamera full frame.
Efek ini tentunya disukai oleh fotografer olahraga atau satwa liar, karena dengan lensa 300mm misalnya, dengan mengunakan kamera crop, jangkauannya seperti 480mm.
3. Tidak semua lensa cocok dipasang buat kamera full frame
Ini yang penting bagi yang mempertimbangkan untuk membeli kamera full frame. Gak semua lensa kompatibel, ini dikarenakan banyak produsen lensa membuat lensa yang berukuran lebih kecil dan di optimalkan untuk kamera crop. Sebaliknya, semua lensa yang bisa dipakai di kamera full frame, bisa dipakai di kamera crop frame.
Contoh lensa yang tidak kompatibel antara lain Canon EF-S, Nikon DX, Tamron Dii, Sigma DC
4. Depth of field atau kedalaman fokus
Karena ukuran sensor lebih besar, makin tipis kedalaman fokus dibandingkan dengan kamera crop. Contoh, lensa dengan bukaan f/1.4 bila digunakan di full frame seperti lensa f/1 (Di dapat dari 1.4 dibagi crop faktor kamera misalnya 1.5 untuk kamera Nikon) bila dipakai di kamera crop sensor.
5. Lebih rentan blur*
Saya pernah baca artikel yang mengatakan bahwa kamera bersensor besar sedikit lebih rentan blur bila kamera goyang. Ini mungkin ada benarnya. Akibatnya, kita perlu menaikkan shutter speed lebih tinggi untuk mengkompensasikannya.
6. Harga
Karena untuk membuat sensor berukuran besar mahal, dan tidak diproduksi se-massal sensor crop, maka kamera full frame juga lebih mahal banyak daripada kamera crop. Kamera baru setidaknya berharga 20-30 juta. Ada juga yang mencapai 70 juta, sedangkan kamera crop baru bisa dibeli dengan harga mulai dari sekitar 4 – 5 jutaan.

==========================================================================
Contoh kamera full frame: Canon 5D mark II, Nikon D700, Nikon D3, Sony A900. Contoh kamera crop sensor: Canon 350D – 550D, Canon 40D, 50D, 7D, Nikon D3000, D5000, D90, Pentax kx, k20d, Olympus E-3, E-620, Sony A200 – A700 dan lain lain.

Original Site : http://avriell-andini.blogspot.com/2011/06/perbedaan-kamera-full-frame-dengan-crop.html
Continue Reading...

Rabu, 16 Februari 2011

Memotret Malam Hari

Tidak ada komentar:

clip_image002

Memotret pada malam hari tentu merupakan suatu problem tersendiri bagi pemula, terutama jika memotretnya tanpa menggunakan lampu-kilat. Sebab sesuai anggapan pada umumnya, maka malam berarti gelap, redup dan lemah cahayanya. Sehingga tak akan mendukung hasil pemotretan karena menghasilkan gambar yang tampak gelap.
Namun demikian, memotret malam memang bukan berarti memotret gelapnya malam, melainkan memotret keadaan malam yang indah dengan gemerlapnya lampu- lampu. Jika kita berpikir seperti seorang pemula, memang akan membuat kita ragu melakukan pemotretan di malam hari tanpa menggunakan lampu-kilat. Akan tetapi menyadari perkembangan zaman, di mana fotografi juga telah berkembang demikian pesatnya, rasanya malam hari tak akan lagi menjadikan seseorang takut memotret dan membuat gagalnya suatu pemotretan karena hasilnya gelap. Pendapat tersebut rasanya akan diiyakan oleh kaum pemotret amatir atau pemula terlebih setelah munculnya era fotografi digital.
Dengan menggunakan kamera digital maka ketakutan yang sering menghinggapi pemotret pemula, sirna. Karena segala sesuatu yang menyangkut gagal dan berhasilnya sebuah pemotretan langsung dapat dikontrol, diketahui dan dilihat sesaat kemudian melalui LCD kamera digital dengan menekan tombol preview. Hal tersebut secara perlahan dan pasti menghapus anggapan akan hasil pemotretan bahwa malam tak berarti gelap - terlebih setelah fasilitas didalam kamera digital juga berkembang dengan pesatnya sehingga untuk keperluan pemotretan malam hari tanpa menggunakan lampukilat dapat diatasi dengan baik.
Secara teori memotret pada malam hari yang sesungguhnya harus dilakukan oleh seorang pemotret adalah mengoptimalkan kamera dengan sumber pencahayaan seadanya (available light) - dasarnya adalah bahwa cahaya selemah apapun dapat digunakan untuk membuat foto, artinya selama pemotret memiliki kreativitas keterbatasan sumber cahaya tentu bukan suatu masalah.
Dalam memotret suasana malam atau subyek pada malam hari yang kita harapkan adalah semuanya terekam jelas, terang (tidak kekurangan atau kelebihan sinar). Bahkan jika perlu subyek atau suasana yang difoto dapat menampilkan keindahan, jelas dan terang seperti saat siang.
Kini persoalannya, mampukah dengan kreativitas yang ada pemotret dapat menjadikan suatu suasana malam hari menjadi terang benderang seperti pada suasana siang hari jika kita harus memotret dengan tanpa menggunakan lampu kilat?
Mampu dan tidaknya hasil yang diinginkan, terpulang pada usaha yang dilakukan dengan tehnik-tehnik fotografi yang digunakan. Karena sesungguhnya secara teknis untuk menghasilkan sebuah foto yang tampak terang (berkecukupan sinarnya) memerlukan beberapa tehnik. Jika dibuat dengan tanpa menggunakan lampu kilat teknis itu diantaranya yaitu dengan memperhatikan masalah pencahayaan (kecepatan rana, diafragma, ISO).
Pencahayaan
Menentukan pencahayan saat memotret pada waktu siang hari tentu tak terlalu sulit. Namun jika kita harus menentukan suatu pencahayaan pemotretan pada malam hari pastilah sering terasa sulit, terlebih jika pengukur cahaya di dalam kamera tidak dapat mengukur cahaya yang lemah secara akurat. Akibatnya pencahayaan yang dibutuhkan dalam pemotretan jelas seperti hasil menduga-duga.
Saat memotret malam hari faktor yang harus diperhatikan adalah mengenai pencahayaan. Sebab pengukuran pencahayaan pada suasana malam memang cukup rumit, masalahnya kerumitan itu sering karena singkatnya waktu memotret, sehingga untuk mengatasinya perlu perhitungan yang benar secara cepat.
Secara umum untuk memperoleh jumlah pencahayaan yang cukup memotret di malam hari harus dengan pencahayaan panjang, kecepatan bukaan rana lambat atau long exposure, karena itu hal yang harus dilakukan oleh seorang pemotret saat memotret malam hari, secara teknis adalah melakukan pemotretan dengan menggunakan bantuan kaki tiga kamera (tripod) guna menopang kamera dan menghindari terjadinya goyang.
Pemotretan malam hari sendiri umumnya memang dilakukan setelah gelap, akan tetapi untuk mencapai keindahan gambar memotret malam hari tak selalu harus dilakukan saat malam telah betul-betul menjadi gelap. Sebab suasana petang (sesaat setelah matahari tenggelam) Pk.18.00 juga sudah dapat dikatakan malam. Waktu antara pk 18.00 hingga 18.30 adalah saat-saat yang sangat indah jika menginginkan hasil pemotretan suasana malam yang tampak terang.
Konsekuensinya pada waktu yang demikian pemotret harus ekstra hati-hati dalam menentukan pilihan kecepatan rana. Sebab secara otomatis kita akan selalu menggunakan kecepatan yang amat rendah akibat penggunaan bukaan diafragma kecil untuk mempertahankan ruang tajam yang luas. Jika kita memotret menggunakan kamera 35 mm yang dilengkapi dengan pengukur cahaya pada kamera, melakukan pengukuran cahaya secara langsung akan membuat kita membaca kecerahan secara rata-rata. Seandainya kita telah mengukur sesuai dengan pengukur cahaya, maka akan dihasilkan foto yang kurang pencahayaan. Karena itu cara ini sering memberikan hasil yang tidak memuaskan dan mengecoh kita.
Untuk menjamin keberhasilan pengukuran cahaya dan hasil foto yang baik, maka-sebaiknya perlu dilakukan bracketing, yaitu melakukan beberapa kali bidikan dengan melebihkan dan mengurangi cahaya yang terukur. Caranya dengan menyetel kombinasi diafragma dan kecepatan rana sesuai pengukur cahaya. Misalnya bila cahaya terukur dengan lightmeter kamera menunjukkan kombinasi diafragma f:16 dan kecepatan rana ? detik. Maka lakukan pemotretan dengan kombinasi pencahayaan tersebut, lalu lakukan pemotretan berulang dengan melebihkan satu stop dari cahaya terukur normal menjadi diafragma f:16 dan kecepatan rana ? detik. Selanjutnya sekali lagi lakukan pemotretan dengan mengurangkan satu stop dari cahaya terukur normal yaitu menggunakan diafragma f:16 dan kecepatan 1/8 detik.
Kelak dengan alternatif tiga kali pemotretan atau bracketing tersebut, kita akan mendapatkan pilihan. Tindakan bracketing juga bisa dilakukan dengan hanya mengubah angka diafragmanya saja jika dianggap perlu. Demikian beberapa hal atau cara yang dapat ditempuh untuk memotret suasana malam agar menghasilkan foto yang indah. Sesuai keindahan alam yang terpancar dan terlihat diwaktu malam oleh mata.
Persiapan
Untuk dapat menghasilkan foto-foto yang baik dan menarik tak dapat dihindari adalah melakukan persiapan. Dan hal ini bisa dimulai dari melakukan rancangan terlebih dahulu pada kesempatan akan dilakukan pemotretan. Artinya, seorang pemotret sebelum memotret perlu melakukan suatu pengamatan atau survai untuk memperoleh kesan menyeluruh yang indah dan alami tentang apa yang akan difotonya. Bahkan sampai pada persiapan masalah perlengkapan seperti filter yang dianggap sebagai penunjang untuk membantu memunculkan suasana indah dan dramatis.
Pedoman umum yang sering dilakukan oleh para pemotret pada saat memotret suasana malam adalah memotret secara menyeluruh, menangkap seluas-luasnya pandangan yang dapat tercakup dengan lensa sudut lebar. Memang pemotretan bisa juga dilakukan dengan menggunakan lensa normal ataupun lensa tele, sehingga tampak sebagian saja dari panorama (medium shot), tetapi umumnya lensa sudut lebar lebih banyak dipakai pemotret. Persiapan itu adalah menyiapkan:
1. Kamera. Sebaiknya gunakan kamera 35 mm jenis SLH yang mempunyai fasilitas pengatur diafragma ataupun kecepatan rana, baik kamera dengan pengaturan cahaya manual maupun yang dengan prioritas kecepatan rana otomatis. Meski tidak tertutup kemungkinan pemotretan dilakukan dengan kamera format medium, tetapi kamera 35 mm lebih banyak dipakai karena kemudahan-kemudahannya.
2. Lensa. Sebagai perlengkapan utama sebaiknya gunakan lensa yang dapat mencakup sudut pandang yang luas, misalnya lensa sudut lebar 24 mm, mungkin juga yang bersudut 20 mm. Meskipun kadang-kadang lensa sudut lebar tak terlalu diperlukan, tetapi sebaiknya lensa tersebut selalu dibawa menyertai lensa jenis tele-zoom menengah seperti 70-210 mm.
3. Tripod. Tak kalah pentingnya tripod atau kaki tiga kamera yang berperan sebagai penopang dalam mengatasi guncangan, karena memotret pada suasana seperti malam yang sering membutuhkan pencahayaan panjang atau pencahayaan yang lama.
4. Cable Release. Kabel penghubung untuk menekan tombol pelepas kamera juga menjadi bagian yang tak bisa dianggap remeh dan sebaiknya selalu dibawa. Tujuannya agar dapat melepas rana secara lembut tanpa menimbulkan getaran atau goyangan pada hasil pemotretan.
5. Filter. Sebagai tambahan untuk memunculkan suasana yang kreatif atau dramatis, juga perlu beberapa filter yang dapat mengubah tampilan suasana sehingga menjadi lebih baik dari suasana aslinya. Misalkan filter 85B yang berguna untuk membantu memunculkan atau menguatkan cahaya kemerahan sehingga menjadi lebih baik.
6. ISO. Mengenai ISO untuk memotret pemandangan malam hari memang selalu harus direncanakan dan dipilih terlebih dahulu. Karena menggunakan ISO rendah dengan harapan mendapatkan foto dengan hasil cetakan berbutir halus namun memerlukan pemotretan yang lama atau long exposure, sedang ISO yang terlalu tinggi akan mengakibatkan hasil gambar yang berbutir kasar dan reproduksi warna yang kurang cerah.
Selebihnya setelah persiapan dilakukan, suatu hasil pemotretan malam hari tampak terang dan menghasilkan foto yang baik tergantung pada pemotret itu sendiri bagaimana memanfaatkan peluang suatu suasana di malam hari tersebut dengan tehnik yang dimiliki. Jika dikembalikan pada teori fotografi yang berarti melukis dengan sinar, maka sebesar apa pun sinar yang ada, setidaknya dapat menjadikannya sebuah lukisan atau foto yang terekspos terang. Sehingga hakikat malam yang berarti gelap tak lagi menjadi kenyataan bagi hasil pemotretan Anda bahkan menjadi malam tak berarti gelap.

Semoga bermanfaat……………
Continue Reading...

Minggu, 13 Februari 2011

Siapa bilang kamera saku tidak bisa untuk low light dan action photography?

Tidak ada komentar:
Panasonic LX3 yang terpercaya
Banyak menyangka bahwa kamera saku itu payah untuk fotografi di tempat yang gelap dan apalagi sudah gelap lalu subjek foto bergerak-gerak seperti pertunjukan tari. Saya pun tadinya menyangka demikian. Kemarin saya diundang untuk menghadiri acara seni budaya tiongkok, dan sepertinya merukapan suatu acara yang menarik karena kehadiran penyanyi dan grup tari kelas atas di negeri tiongkok.
Tapi hari itu saya malas membawa kamera DSLR, tentunya karena ukuran dan berat. Saya lalu membawa kamera saku terpercaya, Panasonic Lumix LX3. Saya pikir ya kalau foto-fotonya nanti jelek gak apa apa yang penting bisa menikmati acaranya.
Namun hasil yang saya lihat setelah saya memindahkan foto-foto tersebut ke komputer sungguh lumayan. Inilah pendapat dan tips saya mengenai perbedaan mengunakan kamera saku atau DSLR saat foto di tempat gelap dan action photography.
Perbedaan kamera saku dan kamera DSLR

 

Panasonic LX3 yang terpercaya

Perbedaan utama yang saya rasakan tentunya pertama-tama adalah ukuran dan berat. Kamera saku jauh lebih kecil dan ringan daripada kamera DSLR dengan lensanya. Dengan ukurannya yang kecil, tidak menarik perhatian orang lain. Selain itu, kalau saya memakai kamera DSLR sering sekali saya memikirkan untuk mengganti lensa, sedangkan kalau memakai kamera saku, lensanya sudah fix ga bisa diganti jadi saya tinggal fokus untuk mengambil foto saja.
Karena sensor kamera saku yang kecil, kedalaman ruang menjadi besar, sehingga semua subjek dalam foto menjadi fokus dari ujung ke ujung meskipun bukaan yang dipakai besar. Hal ini tidak selalu demikian pada kamera DSLR. Sering kali yang didapat adalah subjek yang di fokus jelas, sedangkan yang menjauh dari subjek menjadi sedikit kabur. Seberapa besar kaburnya tergantung pada bukaan lensa yang dipakai.
Tentunya ada juga beberapa kekurangan kamera saku dalam foto jenis ini yaitu batere lebih cepat habis karena kamera saku memiliki batere yang berkapasitas kecil yang kira-kira hanya bisa foto sebanyak kurang lebih 100 foto saja (full charge). Sedangkan DSLR bisa sampai 300-400 foto sekali charge.
Selain itu, kamera saku juga tidak bisa menyaingi kualitas foto kamera DSLR dalam hal kualitas warna, pengendalian noise (bintik-bintik) pada foto di ISO tinggi. Namun, bila kebutuhan foto adalah untuk web ataupun cetak dalam ukuran kecil, sebenarnya agak susah membedakan foto yang diambil oleh kamera saku atau kamera DSLR.

Tips dalam mengunakan kamera saku
Gunakan mode manual supaya pencahayaan lebih optimal karena di foto sebuah pertunjukan seni, sering sekali kamera gagal menentukan setting bukaan dan kecepatan rana yang optimal. Biasanya foto akan menjadi terlalu terang sehingga muka orang menjadi putih semua. Bagi yang memakai kamera saku yang tidak memiliki mode manual, manfaatkan fungsi kompensasi eksposur.
Jangan aktifkan lampu kilat (flash) baik memakai kamera digital atau DSLR, karena hanya akan mengganggu performer dan juga penonton yang lain. Yang tidak kalah penting adalah penggunaan lampu kilat bisa menghilangkan suasana pertunjukan dan seni pencahayaan yang di desain khusus.

Bila memakai flash, suasana pencahayaan seperti ini 
tidak akan 
terekam

Bila memakai flash, suasana pencahayaan seperti ini tidak akan terekam

Timing saat menjepret sangat penting untuk membuat foto yang optimal. Kecepatan auto fokus kamera saku biasanya lebih lambat dari kamera DSLR, oleh sebab itu, pre-fokus akan sangat membantu. Arti pre-fokus adalah memencet setengah dari tombol jepret (shutter) dan kemudian tekan sampai penuh saat defining moment (saat-saat menentukan) itu tiba.
Setting shutter speed (kecepatan rana) sesuai kondisi juga penting. Shutter speed menentukan banyaknya cahaya yang masuk ke kamera, dan juga merekam efek gerakan. Kalau ingin menangkap efek gerak, maka gunakan shutter speed rendah, seperti 1/4 detik, tapi kalau ingin membekukan foto, pakai shutter speed relatif cepat, seperti 1/100 detik atau lebih cepat lagi

Untuk merekam efek gerakan kipas, saya mengunakan 
shutter speed 
lambat (1/4 detik)

Untuk merekam efek gerakan kipas, saya mengunakan shutter speed lambat (1/4 detik)

Karena lensa kamera saku biasanya tidak bisa zoom begitu jauh dan meskipun bisa jauh, biasanya bukaan maksimalnya kecil (akibatnya kualitas foto menurun terutama di kondisi ruangan yang gelap). Maka sebaiknya mengambil foto dari jarak yang dekat. Maka itu jangan sias-siakan apabila Anda berkesempatan untuk duduk di deret paling depan.
Yang terakhir adalah jangan takut menggunakan ISO tinggi bila memang diperlukan untuk meningkatkan shutter speed. Meski akan banyak bintik-bintik pada hasil akhir foto, tapi jangan kuatir karena hal ini menambah efek artistik foto atau bisa di muluskan saat post-processing melalui software pengolah foto. Lebih baik menangkap momen daripada takut foto banyak noise.
Oke, demikian pengalaman dan tips saya tentang memakai kamera saku untuk foto action photography, semoga bisa bermanfaat. Dibawah ini contoh foto-foto di acara serupa.

Mongolian bowl dance

Kamera saku berlensa lebar memungkinkan untuk merekam semua penari di atas pentas.

Mongolian dance

Pose ini hanya berthan 1-2 detik, jadi antipasi yang baik dibutuhkan

a Lu A Zhou

Jangan lupa memutar kamera Anda apabila adegan lebih pas di ambil dengan orientasi vertikal

Dari penari yang paling depan sampai yang paling belakang, 
semuanya tajam. Hal ini karena kedalaman ruang kamera saku yang 7-8 kali
 lebih daripada kamera DSLR meski lensa yang dipakai berbukaan besar..

Dari penari yang paling depan sampai yang paling belakang, semuanya tajam. Hal ini karena kedalaman ruang kamera saku yang 7-8 kali lebih daripada kamera DSLR meskipun lensa yang dipakai berbukaan besar.

Continue Reading...

Mengapa shutter kamera DSLR punya batasan umur?

Tidak ada komentar:
Pertanyaan ini kerap muncul dalam perbincangan di forum atau diskusi pemula. Kamera digital yang nota bene tak lagi memakai film kerap dibayangkan sebagai sebuah kamera yang bisa dipakai terus menerus tanpa batas. Jepret sesukanya, lihat hasilnya, tidak suka ya tinggal hapus saja. Tanpa sadar jumlah foto yang sudah kita ambil mencapai ribuan hanya dalam waktu sebentar saja. Memang tidak ada salahnya apalagi demi alasan belajar fotografi, namun bila kita hanya memotret iseng saja, maka jangan gunakan kamera DSLR. Mengapa, karena kamera DSLR punya shutter unit yang umurnya terbatas.

Jawaban dari judul diatas jelas, karena shutter pada kamera DSLR bagaimanapun juga adalah masih sama seperti pada kamera SLR film, berupa shutter mekanik yang meski sudah dikendalikan secara elektronik namun bekerja membuka-menutup secara vertikal setiap foto diambil. Gerakan shutter inilah yang menimbulkan suara khas dari kamera DSLR saat memotret. Banyak yang belum tahu kalau shutter itu bila terus menerus dipakai suatu saat akan rusak (macet atau tidak berfungsi). Kisah yang umum terjadi adalah saat seseorang baru membeli kamera DSLR dia begitu kegirangan memotret sesukanya dan tiba-tiba dia terkejut saat mengetahui kalau shutter kamera DSLR itu ada batasnya, lalu terbayang sudah berapa banyak foto yang  dihambur-hamburkannya di masa lalu.

shutterunitUsia shutter (diistilahkan dengan Shutter Count) memang tidak ada yang bisa memastikan. Pabrik hanya mendesain shutter unit dan melakukan pengujian hingga jumlah tertentu dan merilis hasilnya di spesifikasi kamera DSLR. Kamera kelas pemula dinyatakan lolos uji hingga 50.000 kali pemakaian, sementara kamera kelas diatasnya bisa mencapai 100.000 kali bahkan hingga 300.000 kali. Angka ini tidak mengikat, ada kamera pemula yang bisa melampaui angka 50.000 dan ada juga yang baru 25.000 sudah rusak. Untuk melihat sudah berapa kali sebuah kamera DSLR itu dipakai, lihat shutter count di data EXIF-nya.

Yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa shutter mekanik semacam ini masih diperlukan di kamera DSLR? Padahal kamera digital biasa mulai dari kamera ponsel sampai kamera prosumer memakai shutter elektronik dengan hanya mengandalkan sensor saja. Tak lain jawabannya adalah karena sensor pada kamera DSLR tidak bisa melakukan ‘gating’ atau on-off tanpa bantuan shutter unit ini. Saat shutter masih tertutup, sensor mengalami kondisi ‘gelap’ dan saat kita memotret shutter membuka sejenak (sesuai shutter speed yang diatur oleh kita atau kamera) lalu menutup lagi. Dari gelap pertama menuju gelap kedua itulah trigger bagi sensor untuk bekerja. Di masa depan shutter mekanik bisa saja sudah tidak digunakan, bila produsen berhasil mendesain alternatif lain yang lebih murah namun tetap handal.

Continue Reading...

Rabu, 09 Februari 2011

Video 1080p pada Nikon D7000 dengan 39 Titik AF

Tidak ada komentar:

clip_image001

New York, CHIP.co.id – DSLR terbaru dari Nikon D7000 hadir dengan 16MP dan 39 titik point serta 9 jenis cross-sensor . Kali ini D7000 mendukung berbagai fitur di mana mampu merekam video 1080/24p dan 720/30p. Produk baru ini juga menggunakan dual slot SD, 6fps burst mode yang mampu menangkap hingga 100 gambar sekaligus.

clip_image002

Nikon D7000 menggunakan bahan body magnesium alloy dan penambahan beberapa bahan metal untuk menjaga ketahanan dalam berbagai kondisi. Fitur Continuous Video fokus otomatis dari D3100 ditanamkan pada D7000, dengan kemampuan merekam hingga durasi maksimal 20 menit. D7000 dilengkapi stereo mic sebagai input suara dan dial kontrol ditambahkan untuk mengatur mode pemotretan.

clip_image003

Menggunakan sensor DS yang baru dikembangkan, serta EXPEED 2 memberikan kualitas gambar yang tinggi dan memiliki sensitivitas ISO 100-6400 (mampu ditingkatkan hingga ISO 25600). Sensitivitas seperti ini memastikan detail dapat ditangkap walaupun saat kondisi minim cahaya. Untuk kenyamanan dalam melihat hasil foto ataupun video, Nikon menghadirkan LCD sebesar 3 inci dengan resolusi tinggi 920000 titik .

clip_image004

Nikon D7000 hadir dipasaran dengan kisaran harga $1,200 body-only atau $1,500 dengan lensa kit 18-105mm.

Continue Reading...

Generasi Ketiga SLR Profesional Olympus E-5

Tidak ada komentar:

clip_image001

Olympus kembali menghadirkan generasi ketiga SLR profesional, dalam bentuk Olympus E-5. Olympus memperkenalkan pertama kali kepada dunia dengan kamera Four Thirds pada E-1 di bulan Juni 2003, lalu pada empat tahun kemudian dihadirkan Olympus E-3. Keberadaan Olympus E-3 sementara mengambil alih E-1 dengan berbagai fitur menariknya, dan kehadiran E-5 kembali menghangatkan pilihan menarik yang tentunya terjadi peningkatan dari seri E pendahulunya.

clip_image002

Kehadiran Olympus E-5 sempat tertunda cukup lama. Sekilas kehadiran E-5 merupakan kualitas terbaik dari jajaran kamera Olympus. Dirancang dengan kemampuan kamera yang menawarkan kualitas gambar yang disandingkan dengan lensa Zuiko Digital ED 12-60mm f2.8-4.0 SWD, tampilan layar LCD yang lebih besar E-3 menjadi 3 inci 921k dengan HpyerCrystal LCD sistem berputar dual-axis yang memudahkan saat penggunaan secara Live View. Juga terdapat perubahan pada tombol yang ditata ulang, dan perubahan pada slot memori dari slot kartu XD menjadi slot SD yang jauh lebih umum.

clip_image003

Hal yang paling utama ditingkatkan adalah kualitas gambar pada Olympus E-5 dengan “TruepPic V” sebagai mesin pengolahan gambar dengan teknologi Fine-Detail Processing. Kombinasi dengan lensa Zuiko digital menjadikan sensor dan prosesor yang baru diklaim menawarkan kualitas gambar yang lebih baik dengan peningkatakan jumlah pixel yang lebih tinggi dengan 12,3 MP High Speed Live MOS Sensor. Kemampuan perekaman video 720p dengan koneksi Stereo Mic dan HDMI.

clip_image004

Olympus E-5 terbuat dari magnesium alloy ringan namun kaku. Setiap debu yang mungkin hadir pada sensor kamera, dihapuskan dengan fitur Dust Reduction System, sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan pengambilan gambar di luar ruangan.

Berbagai Fitur Olympus E-5 adalah :

  • Terdapat 11 titik fokus Full-Twin Cross
  • High-Speed shutter hingga 1/8000 detik dengan kecepatan 5 frame per detik
  • Responsif saat pengambilan Live View dengan kompatibiltas semua lensa Four Thirds System dan High-Speed Imager AF
  • Mesin Image Stabilization dengan kompensasi hingga 5 EV
  • Sepuluh Art Filters termasuk efek “Dramatic Tone”
  • Dual slot dengan CF atau SD Card
  • Viewfinder yang lebih besar dengan perbesaran 1.15x
  • Memiliki kontrol Underwater White Balance
  • Dapat memasukkan informasi hak cipta pemotret
  • Terdapat penambahan fungsi 2-frame dan 7-frame bracketing
  • Built-in Flash dengan fungsi Commander untuk sinkronisasi dengan off-camera flash

Kamera DSLR Olympus E-5 akan tersedia pada bulan Oktober mendatang dengan kisaran harga $1700 untuk body-only.

Continue Reading...

EOS 550D, Resolusi Tinggi di Kelas Menengah

Tidak ada komentar:

clip_image001

Untuk mempertahankan tahtanya sebagai produsen kamera dengan pangsa pasar terbesar, Canon meluncurkan EOS 550D untuk menggantikan posisi EOS 500D. Sebagai DSLR kelas menengah, yang berada satu kelas di atas DSLR entry level, kamera tersebut ditawarkan dengan harga yang kompetitif. Apalagi, saat dilihat dari spesifikasinya,  fitur yang ditawarkan EOS 550D hampir mirip dengan EOS 7D. Padahal, harga EOS 7D hampir dua kalinya. Akan tetapi, kedua kamera tersebut memiliki konsep pengoperasian yang jauh berbeda karena keduanya bermain di kelas yang berbeda pula.

Dibandingkan dengan pendahulunya, desain bodi EOS 550D tidak banyak me­ngalami perubahan. Canon hanya menambahkan tombol baru untuk perekam video sebagai satu-satunya perubahan pada desain bodi. Rupanya, Ca­non lebih menitikbe­ratkan pada sisi dalam kamera sehingga kamera baru tersebut dapat bersaing dengan para kompetitor di kelasnya.

clip_image002

Fitur Meningkat Tajam

Karena para kompetitornya sudah lebih dulu menawarkan sebuah DSLR kelas mene­ngah yang sarat dengan feature, Canon memutuskan untuk meluncurkan pesaing baru dengan spesifikasi sangat tinggi.

Perubahan pertama dilakukan de­ngan meningkatkan resolusi EOS 550D menjadi 18,7 Megapixel. Resolusinya menjadi yang tertingggi di kelasnya. Untuk menampilkan hasilnya, digunakan layar LCD 3,0 inci beresolusi 1.040.000 Pixel. Pendahulunya sudah menggunakan jenis yang sama. Namun, Canon melakukan perubahan format LCD menjadi 3:2 pada EOS 550D. Dengan format baru tersebut, LCD kamera  dapat menampilkan gambar secara utuh karena sensor kamera juga menggunakan format yang sama. Hal tersebut menguntungkan saat kamera sedang menjalankan mode Live View atau perekam video.

clip_image003

clip_image004

Namun, perbaikan yang patut diperhitungkan pada EOS 550D terletak pada sistem meteringnya. Kamera tersebut sudah menggunakan sistem metering bertek­nologi iFCL berjumlah 63-titik sensor yang mulai diperkenalkan di EOS 7D. Teknologi metering tersebut menggunakan semua sensor fokus, tonal warna, dan kualitas cahaya sebagai referensi pengukuran pencahayaan. Karena itu, hasil pengukuran pencahayaan menjadi lebih akurat dan konsisten. Bahkan, saat digunakan pada situasi backlight, pen­cahayaan yang dihasilkan relatif baik.

Yang terasa lebih istimewa, EOS 550D juga mempunyai cakupan nilai kompensasi pencahayaan yang jauh lebih luas. Pada umumnya, kamera hanya memiliki pilihan kompensasi  dari -2 EV samapi +2EV. Pada EOS 550D, cakupan nilai kompensasi pencahayaan diperluas dari -5EV sampai +5EV. Hanya saja, nilai baru tersebut bisa dilihat hanya di  LCD. Di viewfinder, parameter nilainya tetap dari -2 EV sampai +2 EV. De­ngan cakupan nilai kompensasi yang lebih luas, Anda tidak perlu lagi harus pindah ke mode pemotretan manual di saat harus melakukan kompensasi pencahayaan secara ekstrem saat di situasi berkontras tinggi. Dengan demikian, pemotretan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan nyaman.

Yang benar-benar baru dari EOS 550D adalah baterainya. EOS 550D menggunakan baterai tipe BP-E8. Secara otomatis, battery grip pun harus menggunakan tipe yang baru, BG-E8. Dalam pengujian di lapangan, baterai tersebut memiliki performa yang terbilang baik. Ba­terai dapat digunakan untuk melakukan lebih dari 600 pemotretan.

clip_image005

clip_image006

Bodi EOS 550D dan lensa EF-S 18-135 mm merupakan pasangan yang fleksibel untuk digunakan dalam banyak situasi. Keduanya pun mampu menunjukkan hasil yang nyaris sempurna saat digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas sehari-hari di sekeliling kita.

clip_image007

Selamat berhunting ria…….

Continue Reading...

Kemudahan Pengaturan dengan Lensa i-Function pada Samsung NX11

Tidak ada komentar:

 

 

CHIP Online Kemudahan Pengaturan dengan Lensa i-Function pada 
Samsung NX11

Las Vegas, CHIP.co.id – Samsung telah mengumumkan kehadiran kamera terbarunya, yaitu Samsung NX11. Kehadiran Samsung NX11 merupakan update dari kamera Samsung NX10 yang memiliki berbagai fitur yang serupa, seperti fitur i-Function yang terdapat pada NX100 (29/12).

Lensa i-Function memiliki kemudahaan pengguna saat melakukan pengambilan gambar. Biasanya, seorang fotografer mengendalikan kamera pada tangan kanan, dan melakukan berbagai perubahan fungsi dan setting kamera dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kiri hanya digunakan untuk menopang lensa dan kamera. Kehadiran lensa i-Function memungkinkan fotografer secara alami dapat menggunakan tangan kiri dalam melakukan perubahan pengaturan melalui tombol yang dibangun ke dalam lensa i-Function, sehingga tangan kanan dapat bergerak lebih bebas untuk menekan tombol shutter.

CHIP Online Kemudahan Pengaturan dengan Lensa i-Function pada 
Samsung NX11

Lensa i-Function dapat melakukan berbagai pengaturan kamera, seperti kecepatan shutter, aperture, EV, WB, dan ISO. Tentunya kehadiran fitur i-Function ini dapat mengkonfigurasi pengaturan menjadi lebih mudah, dan lebih cepat saat melakukan pengambilan gambar. Selain fungsi tersebut, terdapat perubahan disain pada bentuk pegangan di kamera Samsung NX11, tentunya untuk lebih memudahkan pengguna dan menambah kenyamanan.

Samsung NX11 menggunakan sensor APS-C dengan ukuran yang lebih besar dari Micro 4/3, tentunya dengan sensor yang lebih besar, mampu memberikan gambar berkualitas tinggi. Untuk kenyamanan di sisi visual, Samsung NX11 hadir dengan layar LCD sebesar 3 inci AMOLED yang dapat mengurangi silau dari sinar matahari. NX11 juga menyediakan kemampuan perekaman video HD sebesar 720p dan dengan sensor lebar APS-C dapat merekam video dengan depth of field yang dangkal sehingga memungkinkan efek menarik seperti pada film layar lebar.

Samsung NX11 memiliki kemampuan mengambil gambar sebesar 14,6 MP dan dibundle dengan lensa kit 18-55mm, serta terdapat pula pilihan lensa pancake 20mm dan lensa zoom 20-50mm berwarna perak.

Continue Reading...

Canon EOS 600D 18 Megapixel

Tidak ada komentar:

clip_image001

London, CHIP.co.id - Canon kembali menghadirkan kamera DSLR terbarunya di kelas entry level, Canon EOS 600D, dimana kehadirannya akan menambah jajaran kelas sebelumnya seperti 550D, 500D dan 450D (7/2).

Canon EOS 600D menggunakan APS-C CMOS sensor sebesar 18 Megapixel yang merupakan kombinasi dengan 14-bit DIGIC 4 yang dapat menangkap birunya langit yang indah disertai dengan gradien yang sangat halus pada setiap warna.

clip_image002
Canon EOS 600D memiliki rentang ISO 100-6400 yang dapat diperluas hingga ISO 12800. EOS 600D memungkinkan pengambilan gambar kecepatan tinggi sebesar 3,7 frame per detik (fps). Dengan penggunaan sistem 9 titik Auto Fokus yang dapat melacak subjek menjadi lebih mudah, bahkan menjadi fokus lebih akurat dengan kehadiran Sensor AF ekstra-sensitif sentral. Untuk metering, EOS 600D menggunakan sistem iFCL dari Canon EOD 7D dengan 63-zona Dual-lapisan metering sensor.

clip_image003

EOS 600D menggunakan layar sebesar 3 inci dengan kemudahan Vari-Angle Clear yang menawarkan resolusi sekitar 1,04 juta titik yang memudahkan pengguna dalam menangkap sudut pandang. Layar filps out 175 derajat yang dapat diputar ke depan 90 derajat dan 180 derajat ke belakang, memungkinkan pengguna dapat melihat dari sudut rendah ataupun berbagai sudut yang tidak biasa dilakukan pengguna.

clip_image004
EOS 600D dapat merekam video full HD dengan 1920x1080p yang menawarkan kontrol manual dimana eksposur dan frame rate dari 30,25 dan 24 fps pada resolusi penuh, serta 60 dan 50 fps pada resolusi 720p. Bahkan saat perekaman, pengguna dapat menggunakan zoom digital 3-10x dengan tetap menjaga kualitas Full HD.

EOS 600D menyediakan beberapa pilihan filter efek untuk menjadikan hasil foto menjadi lebih menarik ke gambar RAW dan semua gambar JPEG. Fitur filter dapat diterapkan setelah pengguna melakukan pengambilan gambar dan menerapkan filter yang berbeda untuk gambar yang sama dengan beberapa pilihan efek, seperti :

  • Efek Fish-Eye : Efek dengan barrel distortion berbentuk mirip dengan lensa mata ikan. Efeknya dapat disesuaikan tergantung pada tingkat distorsi, akan terjadi pemotongan pada sisi tepian foto.
  • Grainy B/W : Efek memberi nuansa kasar serta foto hitam-putih. Efeknya dapat ditekankan dengan menyesuaikan kontras.
  • Soft Fokus: Efek yang menghasilkan foto yang lembut. Hal ini dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan kekaburan foto.
  • Efek Toy Camera : Efek warna dengan merubah menjadi khas kamera mainan dan keempat sudut akan menjadi gelap. Gambar terlihat lebih lembut dengan bentuk yang kasar. Perubahan dapat dilakukan pada warna agar mendapat kesan lebih dingin atau hangat.
  • Efek Miniatur : Pengguna dapat mengatur hasil foto untuk membuat bagian dari gambar terlihat tajam. Orientasi (vertikal atau horisontal) dari daerah tersebut dapat diubah dengan menekan tombol INFO.
Continue Reading...

Selasa, 01 Februari 2011

Close Up/ Macro Photography: DSLR vs Prosumer

Tidak ada komentar:

Beberapa rekan tertarik untuk menekuni dunia kecil yang biasa dikenal dengan close-up photography atau lebih populer dengan istilah makro, akan tetapi merasa bahwa alatnya belum mencukupi. Padahal sebetulnya untuk foto-foto close-up, tidak diperlukan peralatan yang terlalu canggih. Kamera poket pun bisa digunakan untuk foto makro, bahkan punya beberapa kaunggulan karena adanya live-view dan DoF yg lebar (baca catatan saya sebelumnya tentang Aperture di kamera DSLR, prosumer dan poket)

clip_image002

Jika foto obyek yang diperoleh dirasa kurang besar, bisa ditambahkan close-up filter. Ada beberapa pilihan untuk tambahan filter ini:
1. Filter high-end sejenis Raynox Supermacro Scan DCR 250 (harga Rp 900rb)
2. Filter close-up Kenko +1, +2, +4 atau sejenisnya (Rp 200-800rb, tergantung ukuran ring)
3. Membuat sendiri (harga bervariasi, tergantung kreativitas)
Pada kesempatan ini saya coba bandingkan hasil foto close-up pada sebuah obyek berukuran 5 mm x 50 mm. Pemotretan dilakukan di dalam ruangan dengan cahaya dari lampu baca ditambah dengan kertas putih sebagai reflektor. Obyek ditempatkan pada sebuah meja kecil seperti ini:

clip_image004

Untuk memberi gambaran ukuran obyek yang sebenarnya, silakan perhatikan foto saat pemotretan dilakukan dengan cara seperti ini:

clip_image006

Hasil yang diperoleh:
1. Kamera prosumer Canon SX 20 IS ditambah filter close-up buatan sendiri

clip_image008

2. Kamera Sony A200 + Tamron 18-200 mm + Raynox DCR 250

clip_image010

Kedua kamera memiliki resolusi tertinggi 10 MP. Kamera prosumer Canon SX20 IS pada dasarnya tidak berbeda dengan poket karena sama-sama menggunakan sensor 1/2.5 in. Kamera Sony A200 adalah DSLR entry level dengan sensor APS-C. Dari kedua foto di atas tampak bahwa tidak ada perbedaan signifikan selama intensitas cahaya cukup.
Filter close-up yang dipasang pada Canon SX 20 IS adalah lensa cembung yang diambil dari sebuah lensa lama dan dipasang pada ring filter 52 mm, sehingga bisa dipasang pada thread lensa kamera. Lensa untuk filter ini, bisa juga menggunakan kaca pembesar atau lup. Jadi jika dinilai harganya mungkin Rp 100rb atau kurang.

Continue Reading...

Canon EOS 1000D

Tidak ada komentar:
 

Canon EOS 1000D, Alnect Komputer

Canon EOS 1000D (sebutan untuk wilayah Eropa) atau yang juga disebut sebagai Digital Rebel XS atau Canon EOS Kiss Digital F untuk wilayah Jepang, merupakan versi murah dari kamera DSLR 450D. Karena merupakan versi murahnya, tentu saja ada beberapa pemangkasan fitur di beberapa bagian. Seperti misalnya hanya menggunakan sensor dengan kapasitas 10,1 MP dari 450D yang menggunakan sensor sebesar 12,1 MP. 7 titik auto fokus dari 9 titik auto fokus yang dimiliki 450D.

Kamera Canon EOS 1000D ini datang bersama lensa kit dengan ukuran 18-55 IS EF-S F3.5-5.6. Salah satu kelebihan dari lensa kit ini adalah kemampuan image stabilizer yang membuat kita dapat menurunkan kecepatan shutterspeed untuk mendapatkan hasil yang lebih sesuai, tanpa takut gambar menjadi kabur akibat getaran tanggan pada saat kita menekan tombol shutter. Kamera ini menggunakan mount lensa yang cocok untuk lensa EF dan EF-S, sehingga kita dapat lebih flexible dalam memilih lensa apa yang akan digunakan dengan kamera ini.

Canon EOS 1000D kit, Alnect Komputer

Dari sisi desain, terlihat tidak ada perubahan yang menonjol dari 450D. Hanya saja dimensinsinya yang lebih kecil dan memiliki bobot 25 gram lebih ringan dari 450D, tepatnya sekitar 502 gram dengan baterai atau 450 gram tanpa baterai. Sebagai konsekuensinya, bahan yang digunakan terlihat dan terasa sangat rapuh karena hanya menggunakan bahan plastik biasa. Bukan hanya ringan, tetapi juga harga yang lebih bersahabat dengan bahan ini. Jika Anda hanya menggunakan LCD sebagai pengakses menu-menu tertentu saja, 2,5 inchi saja mungkin sudah cukup. Tombol-tombol juga disusun sedemikian rupa serta memiliki ciri khas tersendiri di setiap tombolnya sehingga ketika kita ingin menggunakan fitur tombol yang ada, kita tidak perlu melihat tombol-tombol tersebut.Canon EOS 1000D rear, Alnect Komputer, belakang

Dari sisi kualitas gambar yang dihasilkan, kamera ini dapat menghasilkan gambar yang cukup lumayan dan menyamai kualitas gambar 450D. Ini bisa jadi karena prosesor DIGIC III yang digunakannya. Gambar yang diambil dengan ISO tinggi pun hanya memberikan sedikit noise pada area gelap. Selain itu, penggunaan digital view finder yang lebih baik daripada optical view finder.

Sama seperti kamera digital jenis EOS lainnya, kamera ini dilengkapi dengan system pembersih sensor yang dapat membantu membersihkan debu dari sensor sehingga hasil foto kita tidak terganggu akibat kotoran debu tersebut. Cara Kamera Canon EOS 1000D ini membersihkan sensor adalah dengan getaran gelombang ultrasonic dan kemudian menggunakan low pass filter yang memiliki lapisan anti-static yang dapat melindungi dari debu.

Jenis memory yang digunakan pada kamera Canon EOS 1000D adalah SD (secure digital) memory card dan juga bisa digunakan pada memory jenis SDHC untuk kapasitas yang lebih besar. Karena saat ini harga memory semakin murah, dan juga kemampuan menyimpan kamera ini yang semakin besar, maka disarankan untuk menggunakan memory card dengan ukuran yang besar atau setidaknya diatas 1G.

Seperti kebanyakan entry level DSLRs, dan persis seperti 450D, EOS 1000D juga menyediakan sejumlah auto shooting mode yang ditujukan bagi pemula, termasuk portrait, landscape, close-up, olahraga dan night portrait dan pilihan flash off. All of these functions performed adequately in all aspects, apart from the close-up macro mode that did not come near to offering a true 1:1 reproduction (you'll need a dedicated macro lens for that). Semua fungsi ini dilaksanakan secara memadai dalam segala aspek, selain dari close-up mode makro yang tidak bisa menghasilkan gambar 1:1. Oleh karena itu kita masih perlu membutuhkan lensa makro tambahan. Di sini tentunya juga terdapat mode manual dan semi-otomatis bagi pengguna yang ingin lebih mengedepankan exposure control. Canon refers to these advanced operations as the 'creative zone' and provides all the normal settings including Program, and the full manual mode. Canon merujuk ke lanjutan operasi ini sebagai 'zona kreatif' dan menyediakan semua pengaturan normal termasuk Program Aperture and Shutter Priority dan modus manual penuh. Selain itu, Canon EOS 1000D juga menyediakan 'A-Dep' (Outomatic Depth of Field) yang berfungsi memberikan perbedaan antara satu objek dengan objek di sekitarnya.

Canon EOS 1000D juga didesain untuk dapat digunakan bersama battery grip jenis BG-E5 (optional, tidak disertakan didalam dos pembelian kamera) agar dapat ditambahkan baterai dengan jenis double lithium ataupun dengan jenis battery AA yang bisa didapatkan dengan mudah di toko-toko terdekat jika kita kehabisan baterai. Performa baterai bawaan kamera Canon EOS 1000D (battery jenis LP-E5) ini cukup baik yang disebutkan dapat digunakan untuk kuranglebih 500 kali shoot pada kondisi normal, namun hal ini sangat berpengaruh seberapa sering kita menggunakan LCD untuk review ataupun preview, juga seberapa banyak kita menggunakan internal flash akan mempengaruhi kekuatan baterai. Disarankan untuk memiliki baterai cadangan untuk menghindari kondisi yang tidak terduga.

Canon EOS 1000D with Grip, Alnect Komputer

Spesifikasi Umum Canon EOS 1000D (Alnect Komputer)

Max. Resolution Approx. 10.1 Megapixels (Effective)

Sensor Size/Type 22.2 x 14.8mm CMOS

Lens Packet Type Canon EF-S 18 - 55mm 1 : 3.5 - 5.6 IS

Zoom Capability Maximum Optical Zoom (3.06x at 55mm) with 1.5x - 10x Playback Mode

Focal Length (35mm Eqv.) 18 - 55mm (35mm equivalent focal length (APS-C) 29-88mm)

Max Aperture F 3.5 ~ 5.6

Lens Mount Yes with Canon EF/EF-S Lens Kit

Auto Focus TTL-CT-SIR with a CMOS sensor (7 AF points (f/5.6 cross type at centre))

AF-Assist Lamp Yes

Image Stabilizer Engine Yes with Optical Image Stabilizer

Macro (Min. Distance) 0.28 m Closest focusing distance

LCD Display 2.5'' TFT, approx. 230,000 dots (Coverage Approx. 100%) - With Live View Functions Viewfinder Yes with Eye-level pentamirror (Coverage Approx. 95%)

Exposure Control TTL Full Aperture Metering with 35-zone SPC

Shutter Electronically-controlled, focal-plane shutter (speed 30 - 1/4000 sec)

Built In Flash Yes (Up to 17mm focal length (35mm equivalent: 27mm))

External Flash Support Yes with E-TTL II with EX series Speedlites, wireless multi-flash support

Manual Control Yes

ISO Sensitivity AUTO (100-800), 100 - 1600 (in 1-stop increments)

Movie Mode Support No

Video Out Yes with PAL / NTSC (User Selectable)

RAW Mode Yes with Approx. 9,8 MB (3888 x 2592 pixels)

PictBridge Support Yes

External Storage Type SD Card, SDHC Card Slot

Battery Type 1 x Rechargeable Li-ion Battery LP-E5

Dimension (WHD) (126.1 x 97.5 x 61.9) mm

Weight Approx. 450 gram (Body Only)

Alnect Care Warranty 30 Hari

Standard Warranty 1 Tahun

Price Rp. 5.995.000

Continue Reading...

Nikon D60

Tidak ada komentar:
Nikon D60 adalah kamera digital jenis SLR dengan resoulsi 10.2 megapixel. Menggunakan image processor EXPEED untuk meghasilkan gambar yang maksimal serta kecepatan yang lebih baik.

Spesifikasi :
- Resolusi 10.2-megapixel- Sony Alpha / Minolta-A bayonet lens mount
- Resolusi maksimal 3872 x 2592
- Jenis sensor CCD
- ISO 100-1600
- Shutter speed 30detik - 1/4000 detik
- Jenis type file JPEG, RAW (NEF)
- Jenis memory card : SD/MMC/SDHC
- LCD ukuran 2.5-inch TFT color
- Eye Sensor - LCD otomatis mati jika kita melihat optical viewfinder
- Hot Shoe untuk flash
- Internal flash dengan Nikon iTTL flash control
- Nikon Anti Debu (Nikon Integrated Dust Reduction System)
- Nikon F mount.
- Battery Lithium Ion (EN-EL9)
- Berat 495g (kosongan)
- Ukuran 5.0 x 3.7 x 2.5 in
More Information:
Nikon D60 adalah penerus kamera digital Nikon sebelumnya yaitu D40x. Beberapa hal yang dikembangkan sejak Nikon D40x adalah pembersih sensor gambar otomatis, dan beberapa hal lainnya. Kamera ini memiliki resolusi 10 megapixel, yang dapat menangkap gambar continous (tanpa berhenti pada saat tombol shutter ditekan) sebanyak 3 frame per detik. Dengan dilengkapi LCD yang cukup lebar, yaitu 2.5 in, membuat kita semakin mudah untuk melihat hasil foto yang kita tangkap.
Kamera Digital Nikon D60 pada bodynya tidak dilengkapi dengan auto focus motor. Hal ini membuat kamera Nikon D60 jika ingin menggunakan fitur autofocus, harus di kombinasikan dengan lensa jenis AF-S dan AF-I yang mana pada lensa tersebut sudah dilengkapi dengan motor autofocus. Namun lensa-lensa jenis NIKKOR lainnya tetap dapat digunakan seperti biasa pada kamera ini, tetapi karena lensa selain AF-S dan AF-I tidak memiliki motor autofocus, maka fitur autofocus menjadi tidak bisa dipakai pada Nikon D60.
Pada bagian dalam mount lensa Nikon D60, dilengkapi dengan system anti debu terbaru. Nikon menggunakan 2 macam cara untuk membersihkan debu pada sensornya, yaitu pertama dengan menggunakan gelombang ultrasonic low-pass-filter untuk memberikan getaran sehingga debu-debu terjatuh dari sensor, dan teknik yang kedua adalah dengan Airflow Control System, yaitu adanya lubang-lubang kecil dibagian depan kaca refleksi viewfinder, sehingga pada saat kaca tersebut bergerak, maka akan menghasilkan angin akibat gerakan kaca tersebut yang akan mengakibatkan debu terjatuh pada lubang tersebut.
Kamera Nikon D60 dilengkapi dengan EXPEED image processor, yang bekerja untuk menghasilkan gambar yang maksimal dan kecepatan yang lebih baik, noise reduction yang semakin sempurna sehingga penggunaan kamera pada keadaan yang memerlukan ISO tinggi tetap dapat menghasilkan gambar yang relatif bagus dan noisenya dapat diterima.
Pada bagian atas kamera Nikon D60, terdapat pop-up flash yang bergerak secara elektronik, jadi gerakannya dikendalikan oleh motor. Flash internal kamera Nikon D60 ini memiliki guide number 12 pada ISO 100, hal ini sama dengan flash internal yang terdapat pada kamera Nikon D40x. Selain dengan internal flash, kamera Nikon D60 juga dilengkapi dengan hot shoe untuk penambahan external flash. Hot shoe pada kamera ini support iTTL flash metering untuk jenis flash SB-400, SB-600 dan SB-800 Speedlight. Dibagian kanan kamera ini, terdapat lampu bantuan AF assist, yaitu cahaya yang membantu untuk focus pada object yang dituju jika kondisi cahayanya gelap. Selain untuk bantuan focus, lampu AF-assist pada kamera Nikon D60 juga berfungsi untuk memberikan hitungan pada saat counter untuk self-timer. Fungsi lainnya lagi dari cahaya AF-assist kamera ini adalah untuk membantu mengurangi efek mata merah (red eye). Jadi jika kita menggunakan fitus Red-Eye pada kondisi cahaya yang kurang terang, maka lampu AF-assist akan menyala terlebih dahulu untuk membuat mata kita menjadi sedikit silau, setelah ini flash utama akan bekerja sekaligus pengambilan gambar.
Kamera Digital Nikon D60 menggunakan battery lithium EN-EL9, jenis ini juga dipakai pada kamera Nikon D40 dan D40x. Untuk power management pada kamera D60, pemakaian battery sedikit lebih boros jika dibandingkan pendahulunya Nikon D40x. Untuk kamera D60, disebutkan untuk pemakaian normal, battery dapat digunakan untuk pengambilan hingga mencapai 500x foto. Namun ini sangat berpengaruh dengan seberapa banyak pemakaian LCD dan juga internal flash. Karena semakin sering kita menggunakan LCD untuk review atau setting kamera, maka semakin boros keperluan konsumsi batterynya. Disarankan untuk memiliki battery cadangan untuk menghindari kondisi yang tidak di inginkan.

Continue Reading...

Lima kamera saku keren harga dibawah satu juta

Tidak ada komentar:

Sudah tidak sabar mau belanja kamera buat libur akhir tahun tapi dana terbatas? Mau cari kamera yang keren tapi dana belum cukup? Daftar yang akan saya sajikan ini mungkin bisa jadi solusi buat anda dimana dengan dana satu juta bahkan kurang, anda bisa membawa pulang kamera saku keren keluaran terbaru (tahun 2010) yang tidak malu-maluin. Tidak percaya? Langsung saja kita kupas..

Canon Powershot A3000 IS

clip_image001

Kamera saku keren dari Canon dengan lensa 4x zoom ini di pasaran dijual bervariasi dengan harga maksimal satu juta rupiah. Anda tidak perlu membayar lebih mahal untuk kamera lain karena si mungil ini sudah memiliki sensor 10 MP, prosesor Digic III, Image Stabilizer, layar 2,7 inci dan ditenagai baterai Lithium. Kalaupun ada kekurangan dari kamera A3000 IS ini mungkin adalah resolusi videonya yang cuma 640 x 480 piksel alias VGA movie. Tapi rasanya dengan harga satu juta bila kita meminta HD movie kok rasanya terlalu berlebihan ya..?

Panasonic Lumix DMC-F2

clip_image002

Dulu kamera Lumix tergolong mahal meski kini lambat laun harganya semakin terjangkau. Satu produk dari Panasonic bernama Lumix F2 ini punya fitur yang hampir sama seperti Canon A3000 IS di atas, yaitu sensor 10 MP dan lensa wide 28mm dengan 4x zoom yang sayangnya tidak dilengkapi dengan stabilizer OIS. Lumix F2 ini mampu merekam video resolusi WVGA (848 x 480) yang lebih lebar dari resolusi VGA biasa. Sebagai tambahan, layar Lumix F2 ini berukuran 2,7 inci dan ditenagai baterai Lithium. Harganya? Kurang dari satu juta, alias 990 ribu….

Update : Lumix F2 diluncurkan bersamaan dengan kembarannya bernama Lumix F3. Keduanya sama persis dalam bentuk dan spesifikasi dasar, namun bedanya F3 sudah memakai lensa wide 28mm, memakai sensor 12 MP dan bisa HD movie. Kini Lumix F3 dijual di harga 990 ribu dan F2 turun jadi 900 ribu. Kabar baik tentunya kan..?

Casio Exilim EX-Z16

clip_image003

Dengan harga 850 ribu, anda bisa membawa pulang kamera tipis khas Casio bernama Exilim EX-Z16 dengan lensa zoom 3x ini. Sulit mencari kamera lain dengan harga semurah ini, yang punya fitur sekelas EX-Z16 ini. Betapa tidak, sensor 12 MP dengan stabilizer saja sudah sulit dipercaya bisa dijual di harga 850 ribu. Belum lagi fitur lain seperti WVGA movie, layar 2,7 inci dan baterai Lithium. Apalagi ada empat warna untuk dipilih : hitam, silver, pink dan merah.

Kodak Easyshare M530

clip_image004

Merk Kodak memang lambat laun semakin jarang terdengar, namun tidak ada salahnya saya sampaikan kalau Kodak juga punya kamera 12 MP dengan lensa 3x zoom yang juga dijual di kisaran harga 850 ribuan. Kodak M530 juga memiliki layar 2,7 inci dan baterai Lithium. Sayangnya tidak seperti Exilim Z16 di atas, Kodak M530 ini tidak memiliki fitur stabilizer, dan urusan video juga hanya tersedia resolusi VGA saja.

Canon Powershot A495

clip_image005

Tidak suka kamera dengan baterai Lithium? Atau mau mencari kamera termurah tapi tidak murahan? Cobalah Canon A495 seharga 750 ribu ini. Resolusi sensornya sudah 10 MP, lensanya 3,3x zoom dengan prosesor Digic III. Namun harganya yang murah harus ditebus dengan hilangnya fitur Image Stabilizer dan layarnya yang agak kecil dengan 2,5 inci. Urusan video cukuplah di resolusi VGA yang untungnya bisa mencapai 30 fps.

Kesimpulan :

  • dengan dana kurang dari 1 juta, di tahun 2010 ini kita bisa mendapat kamera bermerk dengan resolusi 10-12 MP
  • hanya Lumix F3 yang dibekali fitur HD movie, lainnya bervariasi antara WVGA hingga VGA (namun menurut saya sih format WVGA sudah tergolong mencukupi untuk urusan rekam video)
  • umumnya kamera di atas memakai baterai Lithium dan layar 2,7 inci, kecuali A495 dengan baterai AA dan layar 2,5 inci
  • umumnya kamera di atas memakai lensa zoom 3-4x yang tergolong normal untuk kamera saku, hanya Lumix yang memberi lensa dengan fokal lebih wide (F2 = 33mm, F3 = 28mm)
  • ini yang penting : tidak banyak kamera murah yang memakai stabilizer, maka itu Canon A3000 IS dan Casio EX-Z16 patut diacungi jempol (sekaligus jadi top rekomendasi dari saya)
  • jangan harap fitur lebih dari kamera murah, umpamanya fitur manual mode. Untungnya fitur Auto dari kamera masa kini semakin baik, seperti bisa mendeteksi wajah, bisa mengenali suasana sekitar (scene recognition) dan bisa menentukan scene mode secara otomatis.

Semoga bermanfaat….

Continue Reading...

Kelebihan & Kekurangan Kamera Pocket

Tidak ada komentar:

clip_image001

Jumpa lagi sobat, pada postingan kali ini saya akan memberikan sedikit info tentang kelebihan dan kekurangan kamera kompak, pada postingan sebelum nya saya sudah memberikan info tentang kelebihan dan kekurangan kamera DSLR jika sobat belum membaca dan ingin membacanya terlebih dahulu silahkan baca di sini.

Kelebihan Kamera Kompak

  • Ukuran & Bobot

Soal ukuran dan berat, kamera saku tentu saja lebih ergonomis. Gampang masuk ke kantong dan tas tangan.

  • Tidak Berisik

Proses kerja kamera saku cenderung halus, tidak berisik.

  • Modus Otomatis

Kamera saku dilengkapi banyak fasilitas pemotretan otomatis yang serba gampang. Beberapa kini sudah dilengkapi dengan modus manual.

  • Harga Lebih Terjangkau

Kamera saku digital memang lebih murah dibanding dengan DSLR. Kini sobat bisa mendapatkan kamera saku model terbaru dengan harga di bawah Rp 1 juta.

  • Membidik LCD

Proses membidik obyek dikamera ini kebanyakan menggunakan layar LCD yang besar sehingga lebih nyaman. Layar LCD ini juga digunakan untuk melihat hasil jepretan.
Kekurangan Kamera Kompak

  • Kualitas Gambar

Karena sensor yang dimiliki kamera jenis ini kecil, maka kualitas gambar hasil jepretan nya masih kalah dengan hasil jepretan kamera DSLR yang memiliki sensor lebih besar.

  • Jangakuan ISO

Kamera saku memiliki rentang nilai ISO yang pendek sehingga untuk kondisi di suatu lokasi tertentu, seperti di dalam ruangan atau di malam hari kurang bagus hasil nya.

  • Kecepatan

Kamera kompak memiliki keterbatasan dalam kecepatan rananya, sehingga untuk memotret obyek yang bergerak cepat seperti objek balap motor agak sulit dilakukan.

  • Kontrol Manual Terbatas

Karena itu, pengesetan otomatis jadi andalan. Karenanya, kontrol manual dibatasi. Ini artinya sobat juga dibatasi untuk berkreasi dengan aneka gaya. foto. Foto dikamera saku memang diarahkan hanya untuk hasil “ terang dan tajam” saja.

  • Kurang Adaptif

Maksudnya adalah sulit mengganti lensa. Bagaimana jika sobat ingin memotret obyek yang jarak nya jau? Karena tidak bisa mengganti dengan jenis lenas tele, keinginan tersebut harus ditunda. Kecuali sobat membeli kamera kompak yang memiliki fasilitas lensa tele.

clip_image003

Perbedaan ukuran antara kamera digital SLR Nikon D3000 dengan kamera saku Samsung WB1000

Seringkali, pengguna kamera saku diremehkan oleh pengguna digital SLR karena anggapan bahwa semakin besar kamera, semakin baik hasilnya. Selain itu ada anggapan bahwa hasil jepretan kamera saku tidak profesional.  Hal ini tidak sepenuhnya benar tapi banyak membuat fotografer pemula yang baru belajar fotografi menjadi minder.

Memang kemampuan kamera saku memang terbatas, tapi kamera saku juga memiliki kemampuan yang unik dan bisa menghasilkan foto yang dapat membuat banyak orang tercengang.

Seperti kamera DSLR, Kamera saku juga merupakan alat fotografi yang handal. Dua-duanya berguna di situasi yang berbeda dan tergantung gaya masing-masing pengguna/fotografer.

Kelebihan kamera saku antara lain:

Kamera saku memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada kamera digital SLR, hal ini memberikan beberapa implikasi, salah satunya adalah kedalaman ruang (depth of field / DOF) yang besar, sehingga gambar yang diambil cenderung akan tajam dari ujung ke ujung. [Baca: Faktor yang menyebabkan foto menjadi blur]

Kamera saku juga memiliki ukuran badan yang relatif kecil dan bisa disimpan di saku atau tas kecil, untuk itu lebih mudah dibawa kemana-mana. Kelebihan ini cukup penting supaya Anda dapat mengambil foto di momen yang tidak terduga. Contohnya seperti foto dibawah ini, saya ambil ketika saya hampir memasuki pesawat, saya mengunakan kamera saku untuk merekam cahaya matahari yang akan terbenam dan pegawai pesawat terbang yang sedang sibuk memasukkan bagasi ke dalam pesawat.

clip_image005

Ukuran kecil juga membuat orang-orang disekitar tidak begitu peduli dengan Anda. Lain halnya bila Anda membawa kamera besar dengan lensa panjang, Anda mungkin bisa membuat orang disekitar menjadi grogi. Ukuran kamera kecil cukup penting buat foto candid jalanan.

Kamera saku harganya terjangkau. Dengan harga antara satu setengah sampai empat juta, Anda telah bisa membeli kamera digital saku yang handal, sedangkan kamera DSLR memerlukan dana lebih dari $500 belum termasuk lensa-lensa dan aksesoris seperti tas kamera, pembersih lensa dan sebagainya.

Namun kamera saku juga memiliki kekurangan-kekurangan seperti:

Auto fokus yang lambat, terutama untuk gambar yang bergerak
Solusi: Karena kamera saku memiliki kedalaman ruang yang besar, maka dengan mengunakan bukaan kecil dan manual fokus Anda bisa melewati proses auto fokus di saat Anda mengambil foto subjek foto yang bergerak cepat.

Kualitas gambar yang kurang bersih
Gambar menjadi kurang biasanya karena setting ISO yang digunakan terlalu tinggi. Batas ISO yang layak di kamera saku biasanya sekitar ISO 200 sampai 400. Lebih dari itu, kualitas foto akan berkurang secara signifikan, oleh sebab itu, saya sarankan mengambil foto di ISO rendah mungkin. Akibat mengunakan ISO rendah, foto Anda menjadi lebih rentan kabur, oleh sebab itu, saya sarankan mengunakan penyangga kamera seperti tripod.

Kualitas rentang dinamis yang kurang baik
Untuk rentang dinamis (kisaran antara gelap dan terang) yang kurang baik dibanding kamera DSLR, Anda bisa menggunakan teknik HDR atau high dynamic range. Caranya adalah mengambil foto beberapa kali dengan eksposur yang berbeda kemudian mengkombinasikan foto tersebut dengan software seperti Photomatix. Untuk menghasilkan gambar terbaik, saya sarankan memakai tripod, ini berlaku juga untuk yang mengunakan kamera Digital SLR.

Continue Reading...

Kamera saku tahun 2011 kini pakai sensor 16 MP

Tidak ada komentar:

Tahun 2011 sudah datang. Prediksi saya menjadi kenyataan, kamera digital akan kehilangan arah dalam melakukan upgrade dan akan memaksakan resolusi sensor di luar batas kewajaran. Alhasil lahirlah kamera-kamera baru dengan sensor beresolusi ’gila’ yaitu 16 mega piksel (hampir 3x lipat resolusi kamera Nikon D40 saya). Apakah ini kabar baik atau buruk? Bagi saya ini kabar buruk karena noise yang dihasilkan akan semakin tinggi dan belum lagi besarnya ukuran foto akan merepotkan saat sekedar melihat di komputer atau melakukan olah digital. Tapi apa mau dikata, bila anda penasaran mengenali kamera saku baru dengan sensor 16 MP, inilah diantaranya :

Canon Powershot A3300 IS

clip_image001

clip_image002

  • F2.8-5.9, 5X optical zoom lens, equivalent to 28 – 140 mm
  • Optical image stabilization
  • 3-inch LCD display
  • Even more stylish body, comes in black, blue, pink, red, and silver
  • Records videos at 1280 x 720
  • Lithium-ion rechargeable battery
  • Priced at $179

Casio Exilim EX H-30

clip_image003

clip_image004

  • F3.0-5.9, 12.5X optical zoom lens, equivalent to 24 – 300 mm
  • Sensor-shift image stabilization
  • 3-inch LCD display with 460,800 pixels
  • Full manual controls, plus Premium Auto mode
  • Slide Panorama feature creates 240 degree panoramic photos by panning the camera
  • Records videos at 1280 x 720 (24 fps) with use of optical zoom
  • Unknown amount of built-in memory + SD/SDHC/SDXC slot
  • Uses NP-130 li-ion battery, 1000 shots per charge
  • Available in silver, black, red, and gold
  • Ships in March for $249

Panasonic Lumix FH5

clip_image005

clip_image006

  • F3.1-6.5, 4X optical zoom lens, equivalent to 28 – 112 mm
  • Optical image stabilization
  • Venus Engine VI image processor
  • 2.7″ LCD display with 230,000 pixels
  • Intelligent Auto mode
  • Records movies at 1280 x 720 (24 fps) with sound
  • 70MB onboard memory + SD/SDHC/SDXC slot
  • Uses lithium-ion battery, 260 shots per charge
  • Comes in silver, black, violet, and gold

Fuji FinePix JX350

clip_image007

clip_image008

  • F2.6-6.2, 5X optical zoom lens, equivalent to 28 – 140 mm
  • 2.7″ LCD display with 230,000 pixels
  • Metal body
  • Point-and-shoot operation with SR Auto mode
  • Face detection w/auto redeye removal, plus smile and blink detection
  • 3-shot Motion Panorama feature
  • Records movies at 1280 x 720 (30 fps) with sound
  • SD/SDHC card slot
  • Uses NP-45A li-ion battery; 180 shots per charge
  • Ships in February for $159

Sony Cybershot DSC-H70

clip_image009

clip_image010

  • F3.5-5.5, 10X optical zoom Sony G lens, equivalent to 25 – 250 mm
  • Optical image stabilization
  • 3-inch LCD display with 230,000 pixels
  • Limited manual controls + iAuto mode
  • Standard Sweep Panorama mode
  • Records movies at 1280 x 720 (30 fps) with sound
  • HDMI output
  • SD/SDHC/SDXC + MS Pro Duo card slot
  • Uses NP-BG1 lithium-ion battery
  • Available in black, red, blue, and silver
  • Ships in March for $230

Begitulah, kamera saku tahun ini tampaknya akan dimeriahkan oleh kamera bersensor 16 MP. Kabar baiknya, kamera masa kini semakin murah (semoga hasil fotonya tidak semakin jelek) dan fiturnya sudah semakin mewah. Bayangkan, kelima kamera saku diatas memiliki rentang harga antara 150-250 USD, tapi sudah memiliki fitur seperti HD movie, Image stabilizer (kecuali Fuji JX350) dan lensa wideangle. Kamera mahal seperti Casio EX-H30 bahkan memiliki lensa 24mm, sementara Sony DSC-H70 berlensa 25mm. Catatan khusus yang perlu diamati, kebanyakan kamera saku generasi sekarang memiliki bukaan maksimal yang kecil, seperti f/3.0 bahkan f/3.5 untuk wide dan f/5.5 bahkan hingga sangat kecil di f/6.5 untuk posisi tele. Untuk itu sebuah kredit saya acungkan pada Canon A3300 IS yang masih menggunakan lensa yang berguna yaitu 28-140mm f/2.8-5.9 yang jauh lebih baik daripada yang dimiliki Lumix FH5 yaitu Leica 28-112mm f/3.1-6.5. Apalagi harganya masih wajar yaitu sekitar 1,6 jutaan sehingga bakal menjadi kamera rekomendasi saya di tahun 2011 ini.

Continue Reading...