Memotret pada malam hari tentu merupakan suatu problem tersendiri bagi pemula, terutama jika memotretnya tanpa menggunakan lampu-kilat. Sebab sesuai anggapan pada umumnya, maka malam berarti gelap, redup dan lemah cahayanya. Sehingga tak akan mendukung hasil pemotretan karena menghasilkan gambar yang tampak gelap.
Namun demikian, memotret malam memang bukan berarti memotret gelapnya malam, melainkan memotret keadaan malam yang indah dengan gemerlapnya lampu- lampu. Jika kita berpikir seperti seorang pemula, memang akan membuat kita ragu melakukan pemotretan di malam hari tanpa menggunakan lampu-kilat. Akan tetapi menyadari perkembangan zaman, di mana fotografi juga telah berkembang demikian pesatnya, rasanya malam hari tak akan lagi menjadikan seseorang takut memotret dan membuat gagalnya suatu pemotretan karena hasilnya gelap. Pendapat tersebut rasanya akan diiyakan oleh kaum pemotret amatir atau pemula terlebih setelah munculnya era fotografi digital.
Dengan menggunakan kamera digital maka ketakutan yang sering menghinggapi pemotret pemula, sirna. Karena segala sesuatu yang menyangkut gagal dan berhasilnya sebuah pemotretan langsung dapat dikontrol, diketahui dan dilihat sesaat kemudian melalui LCD kamera digital dengan menekan tombol preview. Hal tersebut secara perlahan dan pasti menghapus anggapan akan hasil pemotretan bahwa malam tak berarti gelap - terlebih setelah fasilitas didalam kamera digital juga berkembang dengan pesatnya sehingga untuk keperluan pemotretan malam hari tanpa menggunakan lampukilat dapat diatasi dengan baik.
Secara teori memotret pada malam hari yang sesungguhnya harus dilakukan oleh seorang pemotret adalah mengoptimalkan kamera dengan sumber pencahayaan seadanya (available light) - dasarnya adalah bahwa cahaya selemah apapun dapat digunakan untuk membuat foto, artinya selama pemotret memiliki kreativitas keterbatasan sumber cahaya tentu bukan suatu masalah.
Dalam memotret suasana malam atau subyek pada malam hari yang kita harapkan adalah semuanya terekam jelas, terang (tidak kekurangan atau kelebihan sinar). Bahkan jika perlu subyek atau suasana yang difoto dapat menampilkan keindahan, jelas dan terang seperti saat siang.
Kini persoalannya, mampukah dengan kreativitas yang ada pemotret dapat menjadikan suatu suasana malam hari menjadi terang benderang seperti pada suasana siang hari jika kita harus memotret dengan tanpa menggunakan lampu kilat?
Mampu dan tidaknya hasil yang diinginkan, terpulang pada usaha yang dilakukan dengan tehnik-tehnik fotografi yang digunakan. Karena sesungguhnya secara teknis untuk menghasilkan sebuah foto yang tampak terang (berkecukupan sinarnya) memerlukan beberapa tehnik. Jika dibuat dengan tanpa menggunakan lampu kilat teknis itu diantaranya yaitu dengan memperhatikan masalah pencahayaan (kecepatan rana, diafragma, ISO).
Pencahayaan
Menentukan pencahayan saat memotret pada waktu siang hari tentu tak terlalu sulit. Namun jika kita harus menentukan suatu pencahayaan pemotretan pada malam hari pastilah sering terasa sulit, terlebih jika pengukur cahaya di dalam kamera tidak dapat mengukur cahaya yang lemah secara akurat. Akibatnya pencahayaan yang dibutuhkan dalam pemotretan jelas seperti hasil menduga-duga.
Saat memotret malam hari faktor yang harus diperhatikan adalah mengenai pencahayaan. Sebab pengukuran pencahayaan pada suasana malam memang cukup rumit, masalahnya kerumitan itu sering karena singkatnya waktu memotret, sehingga untuk mengatasinya perlu perhitungan yang benar secara cepat.
Secara umum untuk memperoleh jumlah pencahayaan yang cukup memotret di malam hari harus dengan pencahayaan panjang, kecepatan bukaan rana lambat atau long exposure, karena itu hal yang harus dilakukan oleh seorang pemotret saat memotret malam hari, secara teknis adalah melakukan pemotretan dengan menggunakan bantuan kaki tiga kamera (tripod) guna menopang kamera dan menghindari terjadinya goyang.
Pemotretan malam hari sendiri umumnya memang dilakukan setelah gelap, akan tetapi untuk mencapai keindahan gambar memotret malam hari tak selalu harus dilakukan saat malam telah betul-betul menjadi gelap. Sebab suasana petang (sesaat setelah matahari tenggelam) Pk.18.00 juga sudah dapat dikatakan malam. Waktu antara pk 18.00 hingga 18.30 adalah saat-saat yang sangat indah jika menginginkan hasil pemotretan suasana malam yang tampak terang.
Konsekuensinya pada waktu yang demikian pemotret harus ekstra hati-hati dalam menentukan pilihan kecepatan rana. Sebab secara otomatis kita akan selalu menggunakan kecepatan yang amat rendah akibat penggunaan bukaan diafragma kecil untuk mempertahankan ruang tajam yang luas. Jika kita memotret menggunakan kamera 35 mm yang dilengkapi dengan pengukur cahaya pada kamera, melakukan pengukuran cahaya secara langsung akan membuat kita membaca kecerahan secara rata-rata. Seandainya kita telah mengukur sesuai dengan pengukur cahaya, maka akan dihasilkan foto yang kurang pencahayaan. Karena itu cara ini sering memberikan hasil yang tidak memuaskan dan mengecoh kita.
Untuk menjamin keberhasilan pengukuran cahaya dan hasil foto yang baik, maka-sebaiknya perlu dilakukan bracketing, yaitu melakukan beberapa kali bidikan dengan melebihkan dan mengurangi cahaya yang terukur. Caranya dengan menyetel kombinasi diafragma dan kecepatan rana sesuai pengukur cahaya. Misalnya bila cahaya terukur dengan lightmeter kamera menunjukkan kombinasi diafragma f:16 dan kecepatan rana ? detik. Maka lakukan pemotretan dengan kombinasi pencahayaan tersebut, lalu lakukan pemotretan berulang dengan melebihkan satu stop dari cahaya terukur normal menjadi diafragma f:16 dan kecepatan rana ? detik. Selanjutnya sekali lagi lakukan pemotretan dengan mengurangkan satu stop dari cahaya terukur normal yaitu menggunakan diafragma f:16 dan kecepatan 1/8 detik.
Kelak dengan alternatif tiga kali pemotretan atau bracketing tersebut, kita akan mendapatkan pilihan. Tindakan bracketing juga bisa dilakukan dengan hanya mengubah angka diafragmanya saja jika dianggap perlu. Demikian beberapa hal atau cara yang dapat ditempuh untuk memotret suasana malam agar menghasilkan foto yang indah. Sesuai keindahan alam yang terpancar dan terlihat diwaktu malam oleh mata.
Persiapan
Untuk dapat menghasilkan foto-foto yang baik dan menarik tak dapat dihindari adalah melakukan persiapan. Dan hal ini bisa dimulai dari melakukan rancangan terlebih dahulu pada kesempatan akan dilakukan pemotretan. Artinya, seorang pemotret sebelum memotret perlu melakukan suatu pengamatan atau survai untuk memperoleh kesan menyeluruh yang indah dan alami tentang apa yang akan difotonya. Bahkan sampai pada persiapan masalah perlengkapan seperti filter yang dianggap sebagai penunjang untuk membantu memunculkan suasana indah dan dramatis.
Pedoman umum yang sering dilakukan oleh para pemotret pada saat memotret suasana malam adalah memotret secara menyeluruh, menangkap seluas-luasnya pandangan yang dapat tercakup dengan lensa sudut lebar. Memang pemotretan bisa juga dilakukan dengan menggunakan lensa normal ataupun lensa tele, sehingga tampak sebagian saja dari panorama (medium shot), tetapi umumnya lensa sudut lebar lebih banyak dipakai pemotret. Persiapan itu adalah menyiapkan:
1. Kamera. Sebaiknya gunakan kamera 35 mm jenis SLH yang mempunyai fasilitas pengatur diafragma ataupun kecepatan rana, baik kamera dengan pengaturan cahaya manual maupun yang dengan prioritas kecepatan rana otomatis. Meski tidak tertutup kemungkinan pemotretan dilakukan dengan kamera format medium, tetapi kamera 35 mm lebih banyak dipakai karena kemudahan-kemudahannya.
2. Lensa. Sebagai perlengkapan utama sebaiknya gunakan lensa yang dapat mencakup sudut pandang yang luas, misalnya lensa sudut lebar 24 mm, mungkin juga yang bersudut 20 mm. Meskipun kadang-kadang lensa sudut lebar tak terlalu diperlukan, tetapi sebaiknya lensa tersebut selalu dibawa menyertai lensa jenis tele-zoom menengah seperti 70-210 mm.
3. Tripod. Tak kalah pentingnya tripod atau kaki tiga kamera yang berperan sebagai penopang dalam mengatasi guncangan, karena memotret pada suasana seperti malam yang sering membutuhkan pencahayaan panjang atau pencahayaan yang lama.
4. Cable Release. Kabel penghubung untuk menekan tombol pelepas kamera juga menjadi bagian yang tak bisa dianggap remeh dan sebaiknya selalu dibawa. Tujuannya agar dapat melepas rana secara lembut tanpa menimbulkan getaran atau goyangan pada hasil pemotretan.
5. Filter. Sebagai tambahan untuk memunculkan suasana yang kreatif atau dramatis, juga perlu beberapa filter yang dapat mengubah tampilan suasana sehingga menjadi lebih baik dari suasana aslinya. Misalkan filter 85B yang berguna untuk membantu memunculkan atau menguatkan cahaya kemerahan sehingga menjadi lebih baik.
6. ISO. Mengenai ISO untuk memotret pemandangan malam hari memang selalu harus direncanakan dan dipilih terlebih dahulu. Karena menggunakan ISO rendah dengan harapan mendapatkan foto dengan hasil cetakan berbutir halus namun memerlukan pemotretan yang lama atau long exposure, sedang ISO yang terlalu tinggi akan mengakibatkan hasil gambar yang berbutir kasar dan reproduksi warna yang kurang cerah.
Selebihnya setelah persiapan dilakukan, suatu hasil pemotretan malam hari tampak terang dan menghasilkan foto yang baik tergantung pada pemotret itu sendiri bagaimana memanfaatkan peluang suatu suasana di malam hari tersebut dengan tehnik yang dimiliki. Jika dikembalikan pada teori fotografi yang berarti melukis dengan sinar, maka sebesar apa pun sinar yang ada, setidaknya dapat menjadikannya sebuah lukisan atau foto yang terekspos terang. Sehingga hakikat malam yang berarti gelap tak lagi menjadi kenyataan bagi hasil pemotretan Anda bahkan menjadi malam tak berarti gelap.
Rabu, 16 Februari 2011
Memotret Malam Hari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar