Minggu, 27 Februari 2011

Optimalkan fitur MANUAL pada kamera anda

Tidak ada komentar:

clip_image001

P/A/S/M

Bisa jadi semenjak pertama seseorang membeli kamera digital, mode yang senantiasa dipakainya untuk memotret adalah mode AUTO. Alasan pertama karena mode ini memang menjadi mode yang paling mudah dipakai dan relatif bisa diandalkan pada berbagai macam situasi tanpa takut hasil fotonya akan mengecewakan. Alasan kedua mungkin karena kebetulan pada kamera digital itu hanya tersedia mode AUTO saja, sehingga ‘terpaksa’ tidak bisa berkreasi lebih jauh dengan mode manual. Memang pada umumnya kamera digital berjenis point-and-shoot dirancang amat simpel dan tidak dilengkapi dengan banyak fitur manual layaknya kamera prosumer. Namun bagi anda yang memiliki kamera dengan fitur manual, masihkah anda tetap memakai mode AUTO setiap saat?

Artikel ini akan mengajak anda untuk mengoptimalkan fitur-fitur manual yang ada pada kamera digital anda. Sebagai langkah awal, pertama tentunya adalah kenali dulu fitur manual apa saja yang tersedia di kamera anda, mengingat tiap kamera memiliki spesifikasi yang berbeda. Coba kenali dan periksa kembali spesifikasi kamera anda, akan lebih baik bila semua fitur manual di bawah ini tersedia pada kamera anda :

  • Manual sensitivity/ISO, artinya pada kamera tersedia pilihan untuk menentukan nilai sensitivitas sensor/ISO mulai dari AUTO, 100, 200, 400 hingga 1600. Ada kamera yang bahkan untuk menentukan nilai ISO sepenuhnya adalah AUTO, ada kamera yang nilai ISO terendahnya di 50, dan ada kamera yang sanggup mencapai ISO amat tinggi (3200, 6400 hingga 10000). Artikel soal ISO ini pernah saya buat disini.
  • Advance Shooting Mode : P (Program), A (Aperture Priority), S (Shutter Priority), M (Manual). Lebih lanjut akan kita bahas nanti.
  • Exposure Compensation (Ev), digunakan untuk mengkompensasi eksposure ke arah terang atau gelap. Apabila eksposure yang ditentukan oleh kamera tidak sesuai dengan keinginan kita, fitur ini dapat membantu. Naikkan Ev ke arah positif untuk membuat foto lebih terang dan turunkan untuk mendapat foto yang lebih gelap. Biasanya tingkatan/step nilai Ev ini dibuat dalam kelipatan 1/3 atau 1/2 step.
  • Manual focus, suatu fitur yang tidak begitu banyak dijumpai di kamera saku. Berguna apabila auto fokus pada kamera gagal mencari fokus yang dimaksud, seperti pada objek foto yang tidak punya cukup kontras untuk kamera mengunci fokus (karena kerja auto fokus kamera berdasar pada deteksi kontras).
  • Manual White Balance, untuk mendapatkan temperatur warna yang sesuai dengan aslinya. Bermacam sumber cahaya yang berlainan sumbernya memiliki temperatur warna (dinyatakan dalam Kelvin) berbeda-beda, sehingga kesalahan dalam mengenal sumber cahaya akan membuat warna putih menjdi terlalu biru atau terlalu merah. Umumnya semua kamera digital termasuk kamera ponsel telah memiliki fitur auto White Balance yang bisa beradaptasi pada berbagai sumber cahaya. Namun sebaiknya kamera anda memiliki keleluasaan untuk mengatur White Balance secara manual seperti Daylight, Cloudy, Tungsten, Flourescent dan manual adjust.
  • Flash intensity level, berguna untuk mengubah-ubah kekuatan cahaya dari lampu kilat pada kamera. Hal ini kadang berguna saat hasil foto yang diambil dengan lampu kilat ternyata terlalu terang atau justru kurang terang.

Fitur manual manakah yang paling berdampak langsung pada kualitas hasil foto? Karena fotografi adalah permainan cahaya (exposure) dimana tiga unsur pada kamera yang menentukan adalah Shutter speed (kecepatan rana), Aperture (diafragma) dan ISO, maka fitur manual paling penting menurut saya adalah fitur manual P/A/S/M dan fitur manual ISO (sejauh yang saya amati, apabila sebuah kamera telah memiliki fitur P/A/S/M, maka kamera tersebut juga telah memiliki fitur manual ISO). Pada prinsipnya, kamera (dan fotografer) akan berupaya untuk menghasilkan sebuah foto yang memiliki eksposure yang tepat. Artinya, foto yang dihasilkan semestinya tidak boleh terlalu gelap atau terlalu terang. Gelap terangnya foto yang dibuat oleh kamera ditentukan dari ketiga faktor tadi, dimana :

  • shutter bertugas mengatur berapa lama cahaya akan mengenai sensor (atau film pada kamera analog), dinyatakan dalam satuan detik. Semakin singkat kecepatan shutter maka semakin sedikit cahaya yang masuk, dan demikian pula sebaliknya. Biasanya kamera memiliki kecepatan shutter mulai dari 30 detik hingga 1/4000 detik.
  • aperture memiliki tugas mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke lensa (dengan memperbesar atau memperkecil ukuran difragma), dinyatakan dalam f-number berupa skala pecahan mulai yang terbesar hingga terkecil (contoh : f/2.8, f/3.5, f/8 dsb). Nilai f-number kecil menandakan bukaan diafragma besar, sedang nilai f besar menunjukkan bukaan diafragma kecil. Nilai maksimum dan minimum dari diafragma suatu kamera ditentukan dari lensanya, dan nilai ini akan berubah seiring dengan perubahan jarak fokal lensa.
  • ISO menentukan tingkat sensitivitas sensor terhadap cahaya sehingga semakin tinggi nilai ISO maka sensor akan semakin peka terhadap cahaya meski dengan resiko meningkatnya noise pada foto. Faktor ISO ini menjadi pelengkap komponen eksposure selain shutter dan aperture, terutama saat kombinasi shutter dan aperture belum berhasil mendapatkan nilai eksposure yang tepat.

Pada kamera terdapat suatu alat ukur cahaya yang fungsinya amat penting dalam menentukan eksposure yang tepat. Alat ukur ini dinamakan light-meter, fungsinya adalah untuk mengukur cahaya yang memasuki lensa, biasa disebut dengan metering (biasanya terdapat dua macam pilihan metering pada kamera, yaitu average/multi segment/matrix dan center weight/spot). Hasil pengukuran ini dikirimkan ke prosesor di dalam kamera dan digunakan untuk menentukan berapa nilai eksposure yang tepat. Setidaknya inilah cara kerja semua kamera yang diopersikan secara otomatis melalui mode AUTO.

Tidak semua foto yang diambil memakai mode AUTO memberikan hasil eksposure yang memuaskan. Terkadang nilai shutter dan aperture yang ditentukan secara otomatis oleh kamera tidak sesuai dengan keinginan kita. Untuk itu keberadaan fitur manual P/A/S/M dapat membantu mewujudkan kreatifitas kita dan pada akhirnya bisa membuat foto yang lebih baik.

Inilah hal-hal yang bisa anda lakukan dengan fitur manual eksposure P/A/S/M pada kamera anda :

  1. Program mode (P). Huruf P disini kadang artinya diplesetkan sebagai ‘Pemula’ karena sebenarnya di mode ini hampir sama seperti memakai mode AUTO (oleh karena itu mode P ini relatif aman untuk dipakai sebagai mode standar sehari-hari). Bila pada mode AUTO semua parameter ditentukan secara otomatis oleh kamera, maka pada mode P ini meski kamera masih menentukan nilai shutter dan aperture secara otomatis, namun kita punya kebebasan mengatur nilai ISO, white balance, mode lampu kilat dan Exposure Compensation (Ev). Tampaknya tidak ada yang istimewa di mode P ini, tapi tunggu dulu, beberapa kamera ada yang membuat mode P ini lebih fleksibel dengan kemampuan program-shift. Dengan adanya program-shift ini maka kita bisa merubah variasi nilai pasangan shutter-aperture yang mungkin namun tetap memberikan eksposure yang tepat (konsep reciprocity) . Bila kamera anda memungkinkan program-shift pada mode P ini, cobalah berkrerasi dengan berbagai variasi pasangan nilai shutter-aperture yang berbeda dan temukan perbedaannya.
  2. Aperture-priority mode (A, atau Av). Mode ini optimal untuk mengontrol depth-of-field (DOF) dari suatu foto, dengan cara mengatur nilai bukaan diafragma lensa (sementara kamera akan menentukan nilai shutter yang sesuai). Aturlah diafragma ke bukaan maksimal (nilai f kecil) untuk mendapat foto yang DOFnya sempit (objek tajam sementara latar belakang blur) dan sebaliknya kecilkan nilai diafragma (nilai f tinggi) untuk mendapat foto yang tajam baik objek maupun latarnya. Biasanya pada lensa kamera saku, bukaan diafragma maksimal di f/2.8 (pada saat wide maksimum) dan bukaan terkecil berkisar di f/9 hingga f/11 (tergantung spesifikasi lensanya). Namun dalam situasi kurang cahaya, memperkecil diafragma akan membuat eksposure jadi gelap, untuk itu biarkan nilai diafragma pada posisi maksimal saat memotret di tempat yang kurang cahaya.

clip_image002

Aperture priority mode pada DSLR

  1. Shutter-priority mode (S, atau Tv). Mode ini kebalikan dari mode A/Av, dimana kita yang menentukan kecepatan shutter sementara kamera akan mencarikan nilai bukaan diafragma yang terbaik. Mode ini berguna untuk membuat foto yang beku (freeze) atau blur dari benda yang bergerak. Dengan memakai shutter amat cepat, kita bisa menangkap gerakan beku dari suatu momen olahraga, misalnya. Sebaliknya untuk membuat kesan blur dari suatu gerakan (seperti jejak lampu kendaraan di malam hari) bisa dengan memakai shutter lambat. Memakai shutter lambat juga bermanfaat untuk memotret low-light apabila sumber cahaya yang ada kurang mencukupi sehingga diperlukan waktu cukup lama untuk kamera menangkap cahaya. Yang perlu diingat saat memakai shutter cepat, cahaya harus cukup banyak sehingga hasil foto tidak gelap. Sebaliknya saat memakai shutter lambat, resiko foto blur akibat getaran tangan akan semakin tinggi bila kecepatan shutter diturunkan. Untuk itu gunakan fitur image stabilizer (bila ada) atau gunakan tripod. Sebagai catatan saya, nilai kecepatan shutter mulai saya anggap rendah dan cenderung dapat mengalami blur karena getaran tangan adalah sekitar 1/30 detik, meski ini juga tergantung dari cara dan kebiasaan kita memotret serta posisi jarak fokal lensa. Pada kecepatan shutter sangat rendah di 1/8 detik, pemakaian stabilizer sudah tidak efektif lagi dan sebaiknya gunakan tripod.

clip_image003

Shutter-priority

  1. Manual mode (M). Di level mode full-manual ini, fotograferlah yang bertugas sebagai penentu baik nilai shutter dan aperture. Light-meter pada kamera tetap berfungsi, namun tidak digunakan untuk mengatur nilai eksposure secara otomatis, melainkan hanya sebagai pembanding seberapa jauh eksposure yang kita atur mendekati eksposure yang diukur oleh kamera. Di mode ini dibutuhkan pemahaman akan eksposure yang baik, dalam arti fotografer harus mampu untuk mengenal kondisi cahaya pada saat itu dan dapat membayangkan berapa nilai shutter dan aperture yang diperlukan. Bila variasi kedua parameter ini tidak tepat, niscaya foto yang dihasilkan akan terlalu terang atau terlalu gelap. Namun bila sukses memakai mode manual ini, kita bisa mendapat foto yang memiliki eksposure yang baik melebihi foto yang diambil dengan mode AUTO, Program, Aperture-priority ataupun Shutter-priority. Contohnya pada saat mengambil foto sunset di pantai dimana dibutuhkan feeling yang tepat akan eksposure yang diinginkan.

Dengan memahami fungsi-fungsi dari fitur manual pada kamera, diharapkan kita mau mencoba-coba berkreasi dengan fitur tersebut dan mendapat hasil yang memuaskan.

Selamat berkreasi…..

Continue Reading...

Tips Memotret Sunset Dan Sunrise

Tidak ada komentar:

Memotret sunset dan sunrise adalah salah satu dari sekian banyak ”foto wajib“ yang harus dilakukan oleh seorang penggemar fotografi. Kalau anda sudah pernah mencoba memotret sunset atau sunrise tetapi kurang puas dengan hasilnya, silahkan coba tips berikut ini supaya foto sunset dan sunrise bertambah baik.

clip_image001

1. Lakukan Persiapan Sebaik-baiknya

Sunset dan sunrise hanya berlangsung sekitar setengah jam. Untuk itu kita harus melakukan persiapan matang sebelumnya. Pastikan datang lebih awal dan pastikan anda sudah tahu dari  titik sebelah mana anda akan memotret. Agar komposisi akhir foto keren, lakukan observasi tempat sebelumnya. Untuk memastikan anda tidak terlambat , usahakan anda tahu jam berapa sunset atau sunrise akan tiba (karena jam sunset / sunrise berbeda dari lokasi ke lokasi).  Juga pastikan peralatan sudah siap: kamera – lensa – tripod (jika ada) serta aksesoris lainnya sudah terpasang & disetel dengan baik, sehingga saatnya tiba kita bisa sibuk memotret bukan sibuk mengeset alat.

clip_image002

2. Jangan Kecewa Karena Mendung

Karena anda sudah bersusah – payah mendatangi lokasi yang jauh dan sulit, jangan kecewa kalau mendadak mendung tiba. Maksimalkan kreatifitas anda saat langit tertutup mendung. Langit mendung bukan halangan menghasilkan foto indah saat sunrise dan sunset. Cari tahu obyek apa saja yang menarik untuk difoto saat mendung atau hujan.

3. Jangan Terpaku Pada Wide Angle

Memotret sunset dan sunrise menggunakan lensa sudut lebar (wide angle) merupakan hal yang biasa, namun jangan terpaku hanya menggunakan lensa tersebut (kalau anda memang punya pilihan lain). Manfaatkan rentang lensa yang lain, misalnya lensa tele.

clip_image003

4. Maksimalkan Siluet

Hal yang menambah daya tarik foto sunset dan sunrise adalah siluet. Siluet memberi kesan yang kuat serta memberi cerita dalam foto anda, apalagi jika anda memotret sunset atau sunrise di lokasi yang memiliki identitas kuat.

5. Bawalah Tripod

Jika anda ingin memanfaatkan teknik long shutter – membuat HDR atau panorama: tripod wajib dibawa

6. Gunakan Manual Focus

Karena sunset dan sunrise memiliki kualitas cahaya yang lumayan ekstrim, kadang kamera akan kesulitan menemukan fokus jika anda menggunakan mode auto focus, segera ganti ke mode manual sehingga kita tidak menyia-nyiakan waktu menunggu kamera menemukan titik fokus.

clip_image004

7. Gunakan Preset White Balance Cloudy

Ubahlah setting white balance anda ke cloudy (biasanya dilambangkan dengan ikon mendung). Setting white balance ini akan membuat foto sunset atau sunrise lebih hangat dan warnanya lebih “menggigit”, dibandingkan kalau menggunakan setting white balance auto. Atau jika anda suka bereksperimen, cobalah setting white balance lainnya.

8. Gunakan Spot Metering (SLR dan Prosumer) atau Sunset Scene (Untuk Kamera Saku)

Untuk memperoleh eksposur yang tepat, gunakan mode metering spot jika anda memiliki kamera SLR dan prosumer, atau gunakan mode scene sunset/ sunrise jika anda menggunakan kamera saku pemula. Untuk pengukuran menggunakan spot meter, arahkan titik fokus ke area sekitar matahari (jangan tepat di matahari – nya lalu lakukan metering dengan memencet separuh shutter, lalu kunci eksposur anda. Untuk kamera saku (dengan mode scene), tinggal arahkan dan jepret.

clip_image005

9. Jangan Berhenti Ketika Sunset Lewat

Saat memotret sunset, jangan kemasi kamera anda hanya karena matahari sudah melewati garis horison. Bertahanlah sebentar lagi, karena cahaya sesaat setelah sunset adalah salah satu cahaya paling indah yang dikeluarkan alam. Begitu juga dengan sunrise, jangan datang terlalu mepet dengan waktu matahari terbit. Cahaya sesaat sebelum sunrise adalah salah satu yang paling indah

10. Berdoalah Agar Alam Berpihak Pada Anda

Anda sudah jauh – jauh datang ke pantai terpencil (atau gunung), menyiapkan alarm untuk bangun jam 4 pagi dan sudah menata semua peralatan agar siap memotret, namun tiba – tiba hujan tiba. Ya apadaya, memotret di alam terbuka memang membutuhkan keberuntungan dan kesabaran, kenapa kesabaran? karena anda bisa mencoba lagi esok hari.

Kredit foto (dari atas ke bawah):>James Jordan, Pratanti, Flowery Luza, Riza, Jurvetson

Sumber : belajarfotografi.com

Continue Reading...

Membuat Foto Siluet

Tidak ada komentar:

Siluet adalah foto dengan obyek utama gelap total dengan background yang terang, sehingga yang terlihat adalah bentuk dari obyek utama tadi. Memotret siluet tidaklah sesulit yang dibayangkan, asal anda tahu langkah-langkah dan tips-nya. Silahkan:

Matikan Flash

Yang pertama dan terpenting adalah flash di kamera harus dimatikan, kalau tidak anda akan mendapatkan foto biasa (karena obyek utama-nya tidak jadi gelap). Jadi matikan flash dikamera anda

Cari kondisi pencahayaan yang tepat (backlight)

Untuk menghasilkan siluet, background anda harus lebih terang dibandingkan dengan obyek utama. Itulah kenapa kebanyakan foto siluet dilakukan saat sunset atau sunrise, dimana matahari (sumber cahaya) ada di belakang obyek yang ingin anda foto (backlighting). Tapi jangan batasi diri, foto siluet bisa dihasilkan kapan saja, pada intinya anda hanya harus menemukan background yang lebih terang dibandingkan obyek utama.

Carilah obyek yang bentuknya menarik

Foto siluet akan sangat menonjolkan bentuk obyek utama, oleh karena itu carilah obyek dengan bentuk yang menarik dan memiliki karakter kuat. Perhatikan foto diatas, karena obyek utama (pencari ikan) kehilangan detail dan menjadi sangat gelap, bentuknya justru akan lebih terekspos. Kita bisa melihat dengan jelas batas-batas lekukan bentuk tubuh si nelayan, bentuk jaring dan bingkainya sampai tetesan air yang keluar dari jaring. Anda juga bisa mencoba dengan obyek lainnya.

Carilah background yang tepat

Untuk mendapat siluet anda harus menemukan background yang lebih terang. Usahakan juga untuk mendapatkan background yang menarik namun juga tidak ramai sehingga obyek utama terlihat sangat menonjol. Langit dan pantai adalah contoh favorit.

Ukur eksposur dengan tepat (manual/ auto)

Sebisa mungkin gunakanlah mode manual eskposur. Set metering di spot metering. Lakukan pengukuran di daerah background yang paling terang. Dalam contoh foto diatas saya mengukur cahaya langit diatas helm. Ubahlah kombinasi aperture dan shutter speed sesuai dengan hasil metering anda, terutama pada aperture pastikan anda set sesuai keinginan anda (aperture besar untuk background yang agak kabur dan aperture kecil untuk background yang tajam). Setelah anda menentukan aperture dan shutter speed yang dipilih, arahkan kamera ke obyek utama. Aturlah h3 yang terbaik dan tentukan fokus di obyek utama, baru kemudian jepret….

Jika anda tidak bisa menggunakan mode manual, gunakanlah mode auto. Arahkan kamera ke area paling terang, dalam contoh diatas adalah ke langit diatas si pencari ikan, pencetlah setengah shutter anda (jangan pencet penuh) lalu tahan shutter jangan dilepas. Lalu arahkan kamera ke obyek utama anda baru kemudian jepret….

Jangan takut mencoba

Cobalah kombinasi aperture dan shutter speed yang berbeda jika anda gagal di kesempatan pertama. Cobalah juga bereksperimen dengan obyek dan lingkungan anda, jangan hanya terpaku pada sunset dan sunrise, karena foto siluet bisa dihasilkan dimanapun (silahkan lihat juga 8 contoh foto siluet kreatif ini).

clip_image001

Oke selamat mencoba!!

Continue Reading...

TEHNIK DASAR POTOGRAFI UNTUK PERHIASAN ( Makro )

Tidak ada komentar:

Jewelry adalah identik dengan keindahan, sehingga bagaimana caranya anda menampilkan produk anda secara visual sangat penting untuk mempengaruhi daya tarik konsumen untuk membeli produk anda.
Sebagus bagusnya hasil karya anda, apabila caranya anda memotret dari segi teknis maupun artistik kurang memberi kesan yang indah, maka kemungkinan besar produk anda akan terlewatkan.
Untuk memotret Jewelry dimana kebanyakan ukurannya kecil, berwarna warni dan mengkilap serta memantulkan cahaya, memerlukan tips dan trik tertentu

CAMERA.
Untuk mengambil photo jewelry yang bagus, anda tidak perlu harus punya DSLR (digital single lens reflect) dengan resolusi 10 mega keatas. Memang kalau segi keuangan tidak masalah hal diatas sih ideal namun tidak mutlak.
Dengan bermodal kamera sakupun apabila anda ikuti saran berikut ini saya yakin anda bisa mendapatkan hasil yang lumayan. dan yang terpenting teknik pengambilan, segi artistik lebih pegang peranan dibanding segi peralatan yang identik dengan harga.

1. Pixel / resolusi
Kalau anda ingin mengambil photo dengan tujuan hanya untuk internet, sebetulnya anda tidak perlu kamera dengan resolusi tinggi toh untuk upload ke internet anda harus perkecil gambarnya agar cepat aksesnya. jadi sebetulnya kamera saku dengan resolusi 4 megapixel sudah cukup. Kecuali ada tujuan untuk di cetak sebagai katalog / poster, tentunya membeli kamera DSLR adalah pilihan yang lebih tepat.

2. Aperture Setting dan shutter speed setting.
Secara gampang artinya adalah seberapa besar shutter terbuka dan berapa kecepatan shutter membuka menutup.
Biarpun anda hanya berniat membeli kamera saku, usahakan memilih kamera yang ada pilihan manual setting sehingga anda bisa mengontrol “Depth of Field” (jarak ketajaman) dan bisa mengontrol gelap terangnya hasil jepretan dsb.
Usahakan mencari kamera dengan Aperture paling tidak hingga f8 ( f16 lebih baik dan f22 ideal)

Kalau anda cuman mengandalkan otomatis, kadang kadang kamera salah kalkulasi.
Contohnya kasus berikut : anda memotret sebuah cincin yang penuh dihiasi batu cubic zirconia (atau diamond) dan sangat berkilau. Karena sangat reklektif maka kamera mengira anda memotret sesuatu yang menghadap ke matahari, sehingga secara otomatis kamera yang pintar tersebut akan mengurangi jumlah sinar yang masuk dengan mempercepat speed atau mengatur apperturenya; akibatnya produk yang anda photo akan under exposure (agak gelap)
Sebaliknya kalau ada memotret sebuah kalung yang terbuat dari mutiara hitam (dimana mayoritas warna dari produk tersebut adalah hitam atau gelap) dan anda taruh diatas dasar berwarna pink yang sangat muda, kali ini kamera salah mengerti lagi; berhubung mayoritas warnanya gelap maka dia (kamera) akan otomatis mengatur agar hasilnya lebih terang , dan bisa dibayangkan apa yang terjadi … mutiara hitam anda akan berubah menjadi abu abu dan backgroundnya bisa berubah menjadi putih atau malah tidak kelihatan (terlalu terang)
Nah, karena itu anda perlu Manual setting, jangan mengandalkan secara otomatis.

3. White Balance.
Singkatnya “white balance” adalah system yang memberitahu kamera patokan apa yang dijadikan sebagai warna putih, sehingga pada waktu memproses pemotretan semua object yang diphoto akan di atur sehingga hasil yang dikeluarkan bisa akurat atau mendekati seperti halnya mata kita memandang object tersebut.

Mata manusia memang hebat, punya kemampuan menyesuaikan penglihatannya terhadap kondisi cahaya yang ada, sehingga otak kita tetap tahu mana yang putih, dan mana yang berwarna. apakah kita melihat kertas putih tersebut di bawah sinar matahari terik, atau didalam ruangan yang agak remang remang dibawah cahaya lampu bohlam yang kekuningan.
Lain halnya dengan kamera, dia hanya bisa menganalisa berdasarkan spektrum cahaya yang ditangkap sensor.
misalnya begini : Sebuah kalung mutiara putih anda tempatkan dibawah lampu bohlam, dimana sinar lampu tersebut yang kekuningan akan ditangkap dan dipantulkan oleh mutiara tersebut; dan spektrum cahaya inilah yang akan ditangkap oleh sensor, sehingga hasil photo anda akan menghasilkan mutiara yang kekuningan.
Karena itu biasanya kamera digital mempunyai beberapa setting (incandescent lamp, fluorescent lamp, daylight, dll ), anda harus rubah setting ini berdasarkan kondisi lampu yang anda pakai pada waktu memotret.
Seperti kasus diatas (anda menggunakan lampu bohlam) dan setting WB anda taruh di incandescent, maka kamera akan otomatis mengurangi warna kuning dengan harapan hasilnya bisa kembali mendekati warna aslinya.

Biasanya kamera anda punya setting “Auto WB” , apakah Auto WB tidak cukup?
Kalau anda menggunakan otomatis, kamera akan mengambil patokan dari warna mayoritas yang akan diphoto kemudian melakukan kalkulasi dan analisa, dan kadang kadang salah analisa.
misalnya saja anda memotret gelang yang terbuat dari swarovski warna ruby, sehingga hampir 80% dari obyek yang diphoto (di intip dari kamera maka 80% didalam frame warnanya merah). pada waktu di photo kamera akan menambahkan warna biru sebagai kompensasi. sehingga hasil photo anda akan menjadi merah agak kebiruan tidak mendekati yang dilihat mata.

Idealnya adalah menggunakan “custom White Balance”. dimana kita bisa mengeset WB sesuai kondisi sumber cahaya. caranya kira kira begini : Ambil selembar kertas putih. Pada kondisi cahaya yang akan dipakai untuk memotret, gunakan zoom agar kertas tersebut mengisi seluruh frame yang ada (kalau dilihat dari viewfinder) , gunakan manual fokus dan set exposure yang tepat, kemudian ambil photo tersebut. Dan gunakan photo ini untuk patokan custom white balance (lebih jelasnya baca manual kamera anda pasti ada penjelasan).

4.Lighting
Idealnya tentunya gunakan lampu yang special untuk photography, namun kalau ingin berhemat mungkin anda bisa ikuti tips berikut :
* Singkat saja : jangan memotret benda jewelry menggunakan flash, karena kalau menggunakan flash anda tidak bisa mengatur datangnya arah sinar, padahal dibidang Jewelry photography arah sinar sangat mempengaruhi segi artistik dari hasilnya.
* Gunakan lampu fluorescent, kalau bisa yang type spiral atau kalau sulit didapat bisa juga type TL (tube) juga tidak apa apa, dan pilih yang ada tandanya N (natural) atau D (daylight). atau kalau bisa cari yang secara spesifik ditulis 5000 derajat kelvin. (merk National ada type yang ini).
* gunakan 2 atau 3 arah lampu (kiri , kanan , dan kadang kadang dari atas juga).
* jangan lupa mengeset kamera anda sesuai dengan “white balance” yang cocok . Kalau lampu anda type N atau D gunakan setting Daylight, atau kalau lampu TL biasa coba gunakan setting fluorescent.

5. Manual Focusing (Fokus secara manual)
Tentunya kalau memotret Jewelry, anda harus berusaha menghasilkan jepretan setajam mungkin terutama untuk hal yang ingin ditonjolkan.
Dengan kamera digital yang serba otomatis, kadang kadang sulit untuk mengatur titik fokus dari hasil jepretan, terlebih untuk barang yang kecil, mengkilap, atau barang yang menjulur dari depan ke belakang. Karena biasanya kamera mengambil titik tengah (center) dari frame bidikan sebagai fokus, padahal anda ingin bagian depannya yang dijadikan fokus.

Contohnya dibawah ini (yang kiri) dimana produk anda agak besar dan menjulur dari depan menuju belakang.. Kalau anda asal jepret ada kemungkinan kamera mengira titik pusat fokusnya adalah di bagian kalungnya (sebetulnya kalungnya agak lebih panjang kebelakang lagi, saya potong agar tidak terlalu besar) sehingga bagian pendantnya menjadi kabur.
Kalau anda menggunakan manual fokus, anda bisa membuat agar pendantnya dibuat tajam (karena memang ini yang ingin ditonjolkan) dan bagian kalungnya dibuat sedikit kabur agar terkesan artistik dan tidak mengalihkan perhatian.

clip_image001

TRIPOD
Biarpun anda sudah berusaha se-stabil mungkin memegang kamera pada waktu memotret, tanpa anda sadari gerakan sedikit saja pada waktu jari menekan tombolpun sangat mempengaruhi ketajaman hasil. karena itu saya anggap tripod adalah mutlak. Biarpun anda menggunakan yang paling murahpun masih lebih baik daripada tidak menggunakan. Bahkan lebih baik lagi kalau jangan menyentuh langsung tombol kamera karena tanpa disadari sebetulnya anda membuat gerakan di body kamera . Kalau mungkin fasilitas timer, atau remote kalau ada fasilitas ini agar anda tidak menyentuk langsung.


Diffuser

Mungkin ada diantara pembaca yang mengalami kesulitan memotret produk jewelry yang mengkilat, misalnya sebuah cincin yang terbuat dari silver dengan permukaan cukup lebar apalagi ditaburi batu permata. Kalau anda memotret menggunakan flash, hasilnya bisa diduga akan jauh dari harapan.
Anda coba beri sinar dari atas hasilnya bagian bawah hitam (karena bayangan) , anda sinari dari kiri bagian kanan gelap dan sebaliknya… repot kan ?

Dalam hal ini gunakan “diffuser” atau apa saja yang bisa membuat sinar lampu tidak langsung mengena ke benda tersebut. Usahakan agar sinar bisa berpendar secara merata ( difuse ) sehingga hasil photonya “soft” halus dan artistik.
Sebagai diffuser anda bisa mencoba menggunakan akrilik warna susu atau bahkan kertas kalkir atau benda lain yang bisa membuat sinar berpendar tanpa merubah warna sinar (jadi jangan gunakan kertas/acrylic yang kekuningan dsb)
Lebih idealnya tentu saja gunakan diffuser yang memang diciptakan untuk tujuan ini.
Kalau anda tertarik membeli diffuser klik disini, dan pilih “tent / diffuser box”
ada beberapa model tergantung dari mutu dan ukuran boxnya.

Lihat gambar dibawah ini sebagai perbandingan.

clip_image002

* A. kalau tidak menggunakan diffuser, anda bisa lihat hasilnya akan mempunyai “shadow” atau bayangan yang tidak di inginkan. dan batu permata didepannya akan menjadi hitam.

* B. menggunakan diffuser terbuat dari acrylic yang kurang putih, sehingga hasilnya agak kekuningan (hal ini bisa dibetulkan dengan photoshop)

* C. lebih sempurna apabila menggunakan diffuser yang memang untuk tujuan ini. Anda bisa lihat bahwa bayangan yang dihasilkan lebih rata dan soft, mata dari Swarovski juga terlihat natural, dan warna metal dari gemboknya terlihat seperti aslinya (putih tidak kekuningan).

Continue Reading...

Foto Hitam Putih yang Menarik……….

Tidak ada komentar:

clip_image001

Seorang fotografer veteran pernah berkata, “Memandang foto berwarna adalah kenikmatan mata, namun memandang foto hitam-putih adalah kenikmatan jiwa.” Ya, foto hitam-putih adalah hiburan bagi jiwa.

Dengan hilangnya komponen warna, foto hitam putih hanya akan meninggalkan komposisi, cahaya serta konteks foto itu sendiri. Dengan kata lain, foto akan terlihat lebih jujur, simpel serta apa-adanya. Kondisi ini seringkali justru membuat foto hitam putih terlihat lebih kuat, dramatis dan benar-benar menonjol.

Silahkan nikmati 12 foto hitam putih berikut, baik sebagai bahan inspirasi maupun sebagai penghibur jiwa:

clip_image002

Foto oleh Niffty..

clip_image003

Foto oleh B_cool

clip_image004

Foto oleh  Ansel Adams

clip_image005

Foto oleh Alex E. Proimos

clip_image006

Foto oleh Seema KK

clip_image007

Foto oleh fRandi-Shooters

clip_image008

Foto oleh * etoile

clip_image009

Foto oleh Sukanto Debnath

clip_image010

Foto oleh Per Ola Wiberg

clip_image011

Foto oleh Bert K

clip_image012

Foto oleh Toni Frissell

clip_image013

Foto oleh Henri Cartier-Bresson

Jadi bagaimana ???

Menarik bukan !!

Continue Reading...

Istilah Istilah dalam Photography

Tidak ada komentar:

clip_image001
Photografy adalah suatu seni melukis dengan cahaya, jadi faktor cahaya merupakan unsur terpenting dalam seni Photografy,untuk melakukan suatu pemotretan, satu hal yang mutlak diperlukan adalah cahaya. Baik cahaya yang tampak seperti pemotretan biasa ataupun cahaya yang tidak tampak seperti dalam pemotretan dengan infra merah atau sinar X untuk rontgen. Jumlah cahaya yang digunakan untuk membentuk suatu gambar tergantung pada Kepekaan media (ASA/ISO), Kecepatan/Shutter Speed dan Diafragma.
Photografi sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu: photos adalah cahaya, sinar. Sedang graphein berarti tulisan, gambar atau disain bentuk. Jadi, fotografi secara luas adalah menulis atau menggambar dengan menggunakan cahaya. Gambar mati atau lukisan yang didapat melalui proses penyinaran dengan menggunakan cahaya.Karena dalam membuat gambar kita mengguanakan alat kamera maka sudah tentu kita harus benar-benar menguasai alat tersebut juga beberapa teknik dasarnya.
Di dalam dunia fotografi terdapat istilah-istilah seperti:
1. Diafragma / Bukaan Lensa
2. Fokus / Titik Api
3. Lensa
4. Kecepatan Rana / Shutter Speed
5. Pencahayaan / ISO
6. Komposisi
7. Ruang Tajam / Deep Of Field
8. Macro
9. dll masih banyak lagi...
yang pertama-tama kita bahas adalah, Kameranya dulu...
1 Digital Kamera
Di jaman sekarang ini tehnologi digital kamera sudah semakin maju dan berkembang, dan seiring dengan majunya tehnologi digital kamera tersebut harga-harga kamera pun sudah semakin terjangkau.
kamera sendiri terbagi menjadi beberapa jenis :
A. Kamera Digital Saku / Pocket
Kamera ini umumnya berbentuk kecil dan bisa dimasukkan ke dalam saku celana atau saku baju, modelnya simple, dan pengoperasiannya juga tergolong mudah, cocok untuk kebutuhan praktis, contohnya : Canon Ixus, Powershoot, Sony T Series, Nikon Coolpix, dll
B. Kamera Digital Prosummer
Bentuk kamera ini lebih besar dari pada kamera saku, dan biasanya rentang lensanya lebih panjang di banding kamera saku yang hanya mempunyai rentang lensa 3 X, untuk kelas prosumer, rentang lensa bisa mencapai 12 X bahkan ada yang mencapai 18 X, kamera jenis ini termasuk awal untuk melangkah menuju kamera DSLR, contohnya : Canon SX1, Kodak Z812, Panasonic Lumix FZ 18, dll masih banyak lagi yang lainnya.
C. Kamera Digital Single Lens Reflex.
kamera ini lebih di kenal orang dengan sebutan kamera DSLR, bentuk kamera ini tentunya lebih besar dari kamera saku dan prosummer, kelebihan dari kamera jenis ini, kita bisa mengganti lensanya sesuai dengan yang kita mau, kamera DSLR masih di bagi lagi kelas-kelasnya sesuai dengan kebutuhan pengguna dan fungsinya yaitu sbb :
- Kelas Entry Level, banyak di gunakan oleh pemula yang ingin mulai mendalami dunia fotografi ataupun sekedar hobby... contohnya : Canon EOS 400, EOS 1000, Nikon D60, D40, Sony A200 dll... mengenai harganya kisaran 4 jutaan sampai 10 jutaan, pengoperasiannya mudah di mengerti bagi pemula..
- Kelas Semi Pro, untuk yang ingin lebih serius mempelajari fotografi lebih dalam, contohnya Canon EOS 500, Nikon D200, D90, Sony A700, dll... harganya kisaran 9 jutaan sampai 20 jutaan, pengoperasiannya lebih banyak variasi dibanding entry level
- Kelas Profesional, biasanya di gunakan oleh fotografer profesional, harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah..., pengoperasiannya lebih rumit bagi pemula.. contohnya : Canon EOS 5D, EOS 1D Mark III, Nikon D3X, Sony A900, dll.
2. Diafragma
Diafragma atau sering di sebut bukaan lensa yang berarti lubang bukaan dalam lensa kamera tempat cahaya masuk saat melakukan pemotretan. Setiap lensa mempunyai perbedaan bukaan diafragma masing-masing. Biasanya, ukuran diafragma dimulai dengan f/2,8-f/4-f/5,6-f/8-f/11-f/16-f/22. Besar kecilnya bukaan diafragma yang kita pilih menghasilkan foto yang berbeda, Angka kecil yang di tunjukkan oleh kamera berarti bukaan lensanya besar alias cahaya yang masuk banyak, dan kebalikannya kalau angka besar yang di tunjukkan oleh kamera berarti bukaan lensanya kecil alias cahaya yang masuk kurang . Bukaan diafragma kecil akan menghasilkan ruang yang luas. Sedang bukaan diafragma besar akan membuat ruang tajam sempit (Blur).
Efeknya, makin besar bukaan,maka makin besar kecepatan yang dibutuhkan, speed makin tinggi. Efek lainnya, makin besar bukaan, makin sempit ruang tajamnya, artinya makin besar efek blur untuk daerah diluar ruang tajam yang fokus. Banyak cara dan tujuan penggunaan/pemilihan diafragma, yg antara lain akan jelas mempengaruhi konteks dari foto yg kita buat.
Istilah-Istilah Dalam PHOTOGRAFI
LS:
Singkatan dari longshot. Dengan lebih mendekatkan objeknya, shot ini tetap masih memberikan sudut pandang lebar tetapi sudah mulai mengarahkan perhatian pada objeknya dengan memisahkannya dari latar belakang yang mungkin mengganggu.
MACRO:
Makro. Pengertiannya dalam fotografi adalah sarana untuk pemotretan dari jarak dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman (pada film) yang sama besar dengan benda aslinya (1:1), atau paling kurang separuh dari benda aslinya (1:2), namun demikian pada lensa-lensa jenis zoom yang mempunyai fasilitas untuk menghasilkan rekaman seperempat dari benda aslinya (1:4) juga sudah bisa dikatakan makro.
MACRO LENS:
Lensa makro. Lensa yang digunakan untuk pemotretan dengan objek yang berukuran atau pemotretan berjarak dekat (mendekatkan pemotret ke objek), umumnya dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan distorsi minimal. Misalnya: untuk memotret bunga, serangga, dll.
MACRO PHOTO:
Dibuat dari jarak dekat, bisanya tentang benda atau binatang kecil. Perlngkapan kerjanya biasanya menggunakan lensa makro untuk mendekatkan pemotret ke objek fotonya.
MAGNETIK:
Berdaya magnet.
MAGNIFICATION:
Pembesaran. Dikukur dari gambar film dibandingkan dengan ukuran aslinya.
MANIPULASI FOTOGRAFI:
Teknik mengubah hasil cetak yang ditangkap oleh kamera untuk menciptakan suasana tertentu. Foto-foto realitas dikembangkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar yang tidak biasa lagi.
MANUAL:
Dikerjakan dengan menggunakan tangan dengan mengesampingkan tenaga otomatik.
MEDIUM FILM:
Film dengan kecepatan sedang (ISO 100, 200). Kelompok film yang paling popular dan banyak diminati pemotret. Ideal untuk pemotretan dalam cuaca yang terang/cerah.
MEDIUM FORMAT CAMERA:
Kamera format medium. Adalah jenis kamera SLR yang menggunakan jenis film 120 mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini mempunyai keunggulan dalam hal pembesaran cetakannya yang optimal sehingga umumnya dipergunakan untuk memotret objek orang (potret) yang berkarakter, yang menampakkan detail kuat seperti misalnya kulit keriput orang tua.
MEGALIGHT:
Adalah sebutan untuk sebuah lampu flood yang mempunyai kapasitas atau kemampuan cahaya yang amat besar hingga 7 meteran.
MESNICUS LENS:
Adalah lensa tipis yang berbentuk bulan sabit.
METERING:
Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori. Centerweight, evaluative/matrix dan spot.
METERING CENTER WEIGHT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan 60 persen daerah tengah gambar.
METERING MATRIX:
Pola pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan prosentase tertentu.
METERING SPOT:
Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.
MF:
Manual Focus, adalah cara kerja menemukan fokus atau penajaman gambar yang dilakukan dengan menggunakan tangan.
MICRO DIAPRISM:
Kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman gambar melalui pengamat.
MCROPRISM:
Prisma mikro. Sistem penemu jarak optis yang menggunakan prisma halus atau kumpulan prisma-prisma kecil yang berfungsi untuk mendapatkan ketajaman gambar melalui pengamat.
MICROPHOTOGRAPHY:
Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil dengan menggunakan bantuan mikroskop.
MULTICOATEDlA FILTER:
Filter anti-flare untuk mencegah refleksi intern dalam lensa oleh pantulan cahaya. Diciptakan untuk lensa yang belum multicoated.
MULTI EXPOSURE:
Sering disebut dengan singkatan ME. Memberikan pencahayaan lebih dari satu kali pada satu bingkai film.
MULTIPOINT READING:
Suatu pembacaan atau pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan terhadap berbagai titik objek foto.
MULTIVISION FILTER:
Filter yang digunakan untuk membuat gambar ganda dalam sekali jepretan. Filter ini dibuat dengan menggunakan kaca yang sengaja diasah menurut tujuannya - berkeping prisma 3,5, disusun melingkar, berjajar atau paralel berulang-ulang.
MULTILAYER COATING:
Penyelaputan berlapis-lapis pada lensa.
MULTIPLE EXPOSURE:
Fasilitas pemotretan berulang pada satu bingkai (frame) yang sama.
MULTIPLE EXPOSURE LEVEL:
Tuas bidikan ganda. Adalah tombol untuk menyiapkan kamera pada posisi siap bidik tanpa memajukan film ke bingkai berikutnya. Digunakan untuk melakukan lebih dari satu kali pencahayaan (exposure) pada bingkai yang sama dalam pemotretan. Alat ini dipakainya bersamaan dengan pengokangan film.
NANOMETER:
Satuan pengukur panjang gelombang. 1 Nanometer = 1nm adalah sepermiliarmeter.
NATURAL AND ENVIRONMENT (NE/NES):
Salah satu kategori yang dilombakan dalam World Press Photo. Foto-foto atau sekumpulan foto bercerita dari subjek berupa lingkungan dan alam:flora, fauna, lanskap, ekologi, dsb.
NATURE PHOTOGRAPHY:
Fotografi alam yang berkaitan dengan alam semesta, misalnya darat, laut, sungai, dll.
ND FILTER:
Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan kekuatan sinar 2 kali sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda atau sedang dan tidak mengubah warna gambar.
NEBULA FILTER:
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.
NEGATIF:
Kebalikan dari aslinya. Yang menghasilkan gambar negatif.
NEGATIF FILM:
Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk citra yang terbentuk pada film sesudah dipotretkan dan sesudah dikembangkan, di mana bagian yang terlihat gelap pada gambar, pada objek terlihat terang. Warna yang timbul berlawanan karena bagian terang dari objek memantulkan banyak cahaya ke film dan menghasilkan area gelap.
NEUTRAL DENSITY:
Kepadatan netral yang tidak mengandung warna. Sebutan ini biasanya dipakai untuk lensa penyaring yang berfungsi untuk mengurangi kecerahan sinar.
NEWS FEATURE:
Sering disebut dengan cerita di balik berita, yaitu suatu foto yang menyajikan sisi lain dari suatu situasi atau aneka peristiwa yang hangat.
NIKON:
Salah satu merek peralatan kamera buatan Jepang.
NIRMANA:
Adalah susunan gambar dalam bingkai, jalannya garis-garis yang dominan membentuk bidang-bidang utama yang dibatasi oleh suatu format.
NONREFLEX CAMERA:
Kamera nonrefleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya seperti kamera kompak atau kamera langsung jadi Polaroid.
NORMAL CONTRAS:
Kontras yang wajar. Tidak berlebihan dan tidak kurang sebagai hasil pengembangan film atau hasil sebuah cetakan.
NORMAL LENS:
Lensa normal, berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film berukuran 35 mm. Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang mata manusia.
OBSCURA:
Cikal bakal kamera yang digunakan saat ini. Prinsipnya adalah sebuah kamar gelap yang tertutup dengan lubang kecil di depannya. Jika kamera obscura ditempatkan menghadap benda yang diterangi cahaya maka akan terlihat sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut pada dinding yang berhadapan dengan lubang.
CAMERA OBSCURA:
Kamera pertama dalam dunia fotografi, di mana bentuknya merupakan sebuah kamar gelap yang hanya memiliki lubang kecil (pinhole).
OBSERVASI:
Dalam bidang potret memotret adalah pengamatan yang dilakukan untuk mencari tahu tentang subjek foto terutama mengenai gerak-gerik, suasana hati maupun ekspresi.
OPAQUE:
Opak, ialah sifat padat atau kedap sinar. Baik pandangan maupun sinar tak dapat menembusnya. Misalnya lempengan besi, kayu, karton, dll.
OPTIK:
Berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb).
ORTHOCHROMATIC FILM:
Film yang sensitif terhadap warna biru dan hijau tapi tidak pada merah.
OVER EXPOSURE:
Pencahayaan lebih. Suatu nilai pencahayaan yang terdapat paa film maupun foto, di mana gambar yang ada tampak terang atau gelap pada film negatif karena pencahayaan yang berlebihan.
OVERHEAD LIGHTING:
Sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek dari atas.
OVERRIDE:
Penyimpangan dari pengatur otomatis supaya dapat diatur dengan menggunakan tangan atau secara manual.
P HI:
Adalah fasilitas pencahayaan terprogram bagi pemotretan dengan sasaran yang bergerak cepat, balapan motor, mobil, dll.
PANCHROMATIC:
Film hitam-putih, artinya emulsi film tersebut sensitif terhadap macam-macam warna.
PARALLAX:
Paralaks, yaitu suatu kesalahan atau perbedaan pandangan yang terjadi karena yang dilihat dan yang terekam dalam film tidak sama. Umum terjadi saat menggunakan kamera refleks lensa kembar atau kamera kompak.
PASSED:
Berarti telah diteliti oleh pabrik pembuat. Tanda ini biasanya melekat pada lensa atau kamera yang baru.
PENTAX:
Salah satu merek kamera (Asahi Pentax) dan peralatannya buatan Jepang.
PEOPLE ON THE NEWS:
Salah satu kategori yang dilombakan dalam World Press Photo. Foto-foto atau sekumpulan foto bercerita/portfolio dari orang atau sekelompok orang yang ikut terlibat dalam sebuah peristiwa atau kejadian.
PERMAFILM:
Adalah bahan pengawet dan anti static. Bila permafilm digunakan pada emulsi film, maka akan terjadi ikatan fisik dengan gelatin dan emulsi film.
PERSPECTIVE:
Perspektif, pandangan ruang, suatu pandangan gambar yang tampil dalam bentuk dimensi atau ruang tertentu. Dimensi dan perspektif merupakan kesatuan.
PERSPECTIVE CORRECTION:
Gunanya untuk memperbaiki penyimpangan bentuk.
PHOTO JOURNALISM:
Photo jurnalistik, Photografi dengan spesialisasi khusus untuk menampilkan foto-foto yang mempunyai nilai berita, baik benda, bahan, situasi kehidupan manusia yang menarik perhatian umum karena aktualitasnya (news) sebagai berita yang mampu mengungkap kejadian, menjelaskan dan menimbulkan rasa ingin tahu.
PHOTOGRAPHY:
Photografi, teknik dan pengetahuan tentang foto. Atau, proses dan seni pembuatan gambar (melukis dengan sinar/cahaya) pada film atau permukaan yang dipekakan. Gambar yang dihasilkan diharapkan sama persis dengan aslinya, hanya dalam ukuran yang jauh lebih kecil.
PHOTOGRAPHIC SPECTRUM:
Bagian kecil dari energi dalam elektromagnetik spektrum yang dapat mencahayai film.
PHOTOGRAM:
Fotogram. Photo yang dibuat tanpa menggunakan kamera dan film, dengan meletakkan benda-benda di atas kertas (cetak) foto kemudian disinari.
PHOTOGRAPH:
Photo yang dibuat dengan menggunakan kamera dan film.
PHOTOKINA:
Nama pameran atau suatu wadah informasi terbesar dan terlengkap serta yang paling kompleks dalam bidang photografi.
PINCHUSION EFFECT:
Penyimpangan bentuk kotak menjadi bentuk seperti bantalan penyimpan jarum.
PINHOLE:
Lubang kecil pada alat kedap cahaya yang dipasang bersama lensa, menyambung lubang lensa tempat gambar objek direkam dalam lembaran yang peka cahaya.
PIN-UP PHOTO:
Photo yang bersifat hiburan/menghibur. Disebut gambar pin-up karena sering ditempelkan di dinding dengan pins atau paku kecil.
PISTOL GRIP:
Gagang pegangan kamera yang bentuknya mirip gagang pistol.
POL COLOR FILTER:
Filter yang terdiri dari selembar polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi warna sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.
POL COLOR FILTER:
Filter yang terdiri dari selembar polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi warna sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.
POL CONVERSION FILTER:
Filter terdiri dari selembar polarisator dengan filter konversi warna (85B). Biasanya juga digunakan untuk jenis kamera kine, sehingga memungkinkan film tungsten digunakan untuk cerah hari dan mempunyai efek seperti filter polarisasi.
POL FIDER FILTER:
Filter yang terdiri dari dua filter PL linier yang digabung menjadi satu. Jumlah filter yang masuk dapat diatur dengan memutar gelang filter.
POLARIZING CIRCULAR FILTER:
Filter yang dibuat dari lembaran polarisator linier dan keeping quarter wave retardation, dilapi di antara dua gelang filter. Efeknya sama dengan filter polarisasi, biasanya digunakan untuk kamera kine.
POLARIZING FILTER:
Filter polarisasi, dipakai untuk menghilangkan refleksi dari segala permukaan yang mengkilap. Filter ini terdiri dari dua bagian, bagian yang satu dengan lain dapat diputar-putar untukmendapatkan sudut paling ideal menghilangkan refleksi, menambah saturasi warna dan menembus kabut atmosfer. Juga berguna untuk membirukan langit.
POLAROID:
Langsung jadi. Menghasilkan gambar cetak dalam waktu yang singkat, tetapi tidak menghasilkan film negatif.
POLAROID CAMERA:
Kamera Polaroid. Kamera foto langsung jadi, menghasilkan gambar cetak dalam waktu yang singkat (beberapa menit) tapi tidak menghasilkan klise atau negatif. Akibatnya tidak bias dilakukan pembesaran gambar atau pencetakan ulang.
POLAROID FILM:
Film yang ditemukan oleh dr. Land. Menghasilkan foto dalam waktu singkat tetapi tidak mempunyai negatif.
POLAVISION:
Sistem kinematografi langsung jadi. Kameranya dinamakan Polavision, filmnya dinamakan Phototape cassette, proyektornya Polavison player.
POPUP FLASH:
Lampu kilat kecil terbuat atau menyatu dengan kamera.
PROYEKTOR:
Alat yang digunakan untuk memproyeksikan gambar atau film positif, atau gambar bergerak.
PULL:
Kebalikan dari proses push, yaitu mengurangi proses pengembangan film yang mengalami over exposure atau kelebihan sinar sehingga menghasilkan detail yang baik pada area yang gelap (normal), dilakukan proses pengembangan disertai dengan pengurangan waktu pengembangan film.
PULSATOR FILTER:
Filter dengan inti bulatan normal dan bagian sisanya berisi prisma. Tiap-tiap titik sinar akan membentuk bintang berekor delapan dan berisi prlangi.
PUSH:
Pengemabngan berlebih. Suatu proses yang intens membuat under exposure sebuah film dan mengompensasikan film itu agar menjadi normal dengan menambah waktu pengembangannya.
QL:
Singkatan dari quick loading, yaitu suatu sistem pemasangan film yang cepat.
RAINBOW FANTASI FILTER:
Filter dengan inti bulatan normal dan sisanya berisi prisma. Tiap-tiap berkas sinar akan bertepi pelangi.
RANA:
Adalah tirai yang menggantikan fungsi penutup manual di bagian depan lensa, besar kecilnya dapat diatur sesuai kebutuhan.
RANA CELAH:
Rana celah vertical dan horizontal dan terletak pada kamera. Yang vertial menutup secara vertikal dan yang horizontal menutup secara horizontal.
RANA PUSAT:
Rana yang terletak pada lensa, berdampingan dengan diafragma. Menutupnya dengan cara memusat.
RELEASE CABLE:
Kabel penghubung dengan shutter sehingga memungkin pemotret menekan shutter dari jarak beberapa meter dari kamera.
RELOADABLE TO LAST FRAMER:
Fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah posisi terakhir yang terpakai.
REMBRANDT LIGHTING:
Cahaya yang berasal dari jendela atau sering juga disebut window lighting. Cahaya yang datang dari sudut 45 derajat. Pencahayaan tersebut berasal dari nama pelukis Belanda Rembrandt.
REMOTE:
Alat yang memungkinkan fotografer melakukan penekanan shutter dari jarak jauh dengan penghubung arus tanpa kabel.
RESOLUTION:
Daya pisah. Suatu sifat lensa yang berdaya urai dengan kemampuan menyajikan detail kehalusan gambar sesudah film dikembangkan (diproses).
RETINA:
Selaput peka sinar dari mata atau salah satu merek kamera keluaran kamera.
RETOUCH:
Mengubah, sifatnya memperbaiki atau menambah warna dengan menggunakan tangan atau kuas, atau juga pada masa ini dengan komputer seperti melukis sehingga menghasilkan gambar yang baik dan tanpa cacat seperti sebelumnya.
REVERSAL DEVELOPING:
Pengembangan membalik atau terbalik menjadi positif.
REVERSAL FILM:
Berarti kebalikan. Hasil pemotretan menggunakan film jenis ini menghasilkan gambar positif (slide).
REVERSE ADAPTER:
Suatu alat penyambung yang digunakan untuk memotret saat menggunakan lensa kamera yang dibalik sehingga elemen belakang lensa menghadap ke objek. Dengan alat ini menjadikan kita dapat menggunakan lensa biasa untuk membuat pemotretan makro dengan hasil yang cukup baik.
SECOND CURTAIN SYNC:
Fasilitas untuk menyalakan lampu-kilat sesaat sebelum rana menutup.
SELF ADJUSTING:
Penyesuaian (diri).
SELF TIMER:
Penangguh waktu. Sebuah tuas yang digunakan untuk keperluan memperlambat membukanya rana kamera sekalipun tombol pelepas kamera telah ditekan. Biasanya digunakan untuk memotret diri sendiri. Penangguhan waktunya umumnya berkisar 10 detik.
SENSE OF DESIGN:
Perasaan atas komposisi. Estetika dalam nirmana datar warna.
SEPIA TONER:
Pewarna coklat/sawo.
SEQUENCE:
Sekuen. Satu seri dari beberapa jepretan (shot) yang meliputi suatu kejadian yang sama. Setiap jepretan hanya berbeda dalam hitungan detik.
SHADE:
Teduh, bayangan yang tak berbentuk.
SHADOW:
Bidang gelap/hitam atau bayangan pada sebuah foto yang berbentuk objek yang membayang.
SHAPE:
Bidang, suatu bentuk dalam aspek dua dimensi yang terjadi tidak hanya oleh karena adanya kesan garis, baik berupa segi tiga, lingkaran, elips, dll. Namun selain itu bisa juga dibentuk oleh suatu bidang warna karena adanya suatu kesan bentuk tiga dimensi yang mempunyai volume.
SHARPNESS:
Ketajaman film, yaitu suatu kemampuan film untuk merekam setiap garis dari pandangan yang dipotret dengan ketajaman yang baik. Ketajaman ini ditentukan dengan jumlah garis per milimeter.
SIDE LIGHT:
Cahaya dari samping, yaitu cahaya yang berasal dari arah samping objek, baik kiri atau kanan dan dapat ditempatkan pada sudut 45 atau 90 derajat. Pencahayaan seperti ini menghasilkan foto dengan efek yang menonjol permukaan atau objek fotonya serta terciptanya kesan tiga dimensional. Umumnya digunakan untuk menampilkan foto-foto yang berkarakter, misalnya foto potret (portrait).
SIDE LIGHTING:
Sinar dalam pemotretan yang datangnya dari arah samping kanan atau kiri - 90 derajat dihitung dari sudut pandang kamera. Arah datangnya sinar seperti ini akan menghasilkan foto dengan detail dan tekstur dari benda dengan baik. Bayangan yang dihasilkan akan menampakkan bentuk benda dengan lebih menarik dengan separo dari muka terang dan separo lagi gelap.
SINGLE LENS REFLECT:
Refleks lensa tunggal (RLT), adalah kamera yang memiliki satu lensa untuk membidik yang menggunakan cermin dan prisma. Lensanya berfungsi untuk meneruskan bayangan objek ke pembidik dan meneruskannya ke film. Apa yang terlihat pada jendela pengamat sama seperti apa yang terjadi pada film atau fotonya.
SINGLE POINT READING:
Suatu pembacaan pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan hanya pada satu titik atau bagian tertentu yang terpenting dari sebuah objek foto.
SINGLE SERVO AUTOFOCUS (S):
Sandi saat Anda membidikkan suatu objek dan tombol rana telah tertekan separo, maka jarak antara kamera dengan objek terkunci hingga tombol dilanjutkan ditekan hingga terekam satu bidikan.
SKALA:
Perbandingan objek utama dengan objek-objek lain dalam gambar.
SLAVE UNIT:
Mata listrik yang menyalakan lampu-kilat karena pulsa yang dihasilkan oleh menyalanya lampu-kilat lain.
SLOW FILM:
Film lambat yaitu kepekaan film yang rendah sehingga memberikan detail gambar yang tajam dengan butiran yang halus, kontras rendah sekalipun dicetak besar. Misalnya film dengan ISO 25, 64, 100. Film seperti ini baik untuk pemotretan arsitektur atau still life.
SMALL FORMAT CAMERA:
Kamera format kecil yaitu kamera jenis SLR (Single Lens Reflect) yang menggunakan film berukuran 35 mm namun fleksibel dan enak dipegang serta ringan. Karena itu kamera seperti ini yang paling banyak digunakan oleh para fotografer. Jenis maupun ukuran filmnya sangat mudah didapat juga proses filmnya terutama bagi yang menggunakan film jenis negatif. Namun kekurangannya, untuk hasil pencetakan besar, maksimal hanya seukuran majalah.
SNAPSHOT:
Bidikan spontan, tanpa modelnya diatur terlebih dahulu. Cara ini umumnya digunakan untuk membuat foto human interest, sehingga menghasilkan foto yang apa adanya dan tampak alami tak terkesan dibuat-buat.
SNOOT:
Suatu alat berbentuk kerucut yang berlubang pada ujungnya dan digunakan untuk memperkecil penyebaran cahaya dari lampu kilat studio. Umumnya menghasilkan cahaya yang tampak membulat bila diproyeksikan pada bidang datar.
SNOW CROSS, STAR SIX FILTER:
Sebuah kaca bening dengan goresan-goresan yang saling bersilangan yang membentuk bintang-bintang berekor enam dari tiap-tiap titik sinar.
SOCKET:
Lubang tempat memasukkan kabel sinkron yang menghubungkan lampu kilat dengan penutup.
SOFT SCREEN (LENS):
Lensa yang berguna untuk menghindari kontras sehingga hasil gambar terkesan seolah-olah agak kabur dengan sisi-sisi yang tak tampak ketegasan batasnya.
SOFT FOCUS LENS:
Lensa yang berdaya lukis lembut.
SOFT PAPER:
Kertas bergradasi lunak atau lembut.
SOFT SPOT FILTER:
Filter berciri seperti soft screen namun menghasilkan gambar yang berbeda.
SOFT TONE FILTER:
Filter yang bertujuan untuk membuat gambar pemandangan lunak tanpa menurunkan ketajaman dan mengubah warna, juga tidak mengubah bentuk. Kontras pun menjadi lembut tanpa mengaburkan pandangan.
SOLARISASI:
Proses pembuatan foto dengan cara memberi penyinaran dua kali pada kertas foto atau film dan memasukkannya ke dalam larutan pengembang. Di tengah-tengah gambar terbentuk dilakukan penyinaran dengan cahaya putih sekali lagi dan meneruskan pengembangannya.
SONAR AUTOFOCUS:
Sistem otofokus yang bekerja berdasarkan perjalanan bolak-balik suara sonar - dari kamera ke objek kembali ke kamera.
SPECIAL EFFECT:
Efek khusus dengan menggunakan teknik tertentu.
SPECIAL EFFECT FILTER:
Filter (penyaring) spesial efek yang pada dasarnya bukan filter karena fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.
SPECIAL LENS:
Lensa spesial yang digunakan secara khusus untuk keperluan khusus. Misalnya fish eye lens (lensa mata ikan - 180 derajat). yang pada dasarnya bukan filter karena fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.
SPECIAL PURPOSE LENS:
Lensa tujuan khusus yang didesain dan diciptakan untuk tujuan penghasilan gambar khusus yang biasanya susah dilakukan dengan lensa biasa.
SPECIAL FILTER:
Sekeping plastik terang berisi ribuan prisma lembut yang mengubah tiap-tiap titik sinar menjadi bintang pelangi dan berkas sinar bertepi pelangi. Sinar yang kuat membentuk bintang dengan berkas-berkas pelangi tebal.
SPECTRUM:
Berkas sinar yang terlihat oelh mata, terpecahkan oleh pembiasan prisma dalam warna-warni.
SPEEDLIGHT:
Lampu-kilat yang mempunyai kecepatan menyala tinggi atau cepat.
SPEEDO SOLARISASI:
Suatu teknik kamar gelap versi lain dari tehnik solarisasi (efek sabattier) pada film ortholith yang akan memberikan suatu efek gerakan yang cepat (speedo).
SPLICER:
Alat pemotong film.
STEREO CAMERA:
Kamera berlensa dua yang menghasilkan dua foto sekaligus. Dua foto itu harus diamati dengan alat bantu atau stereo-viewer untuk mendapatkan efek kedalaman seperti saat difoto.
STILL LIFE:
Berarti lukisan atau pemotretan benda mati. Fotografi yang khusus menempatkan benda-benda kecil buatan manusia sebagai objeknya.
STOP:
Satuan yang menunjukkan pergeseran nilai bukaan diafragma atau kecepatan rana dari suatu nilai ke nilai yang lain, naik atau turun. Misalnya dari diafragma f:16 ke f:22 atau dari kecepatan 1/125 detik ke 1/250 detik.
STOP BATH:
Cairan penyetop. Larutan penyetop untuk menghentikan atau menahan seketika pengembang (developer) pada film atau kertas foto. Selain berguna untuk menghentikan proses yang terjadi, stop bath juga berfungsi sebagai larutan fixer yang membuat film dan cetakan foto lebih tahan lama.
STRIPPING FILM:
Film yang dapat dipisahkan dari dasar seluloidnya.
STROBO:
Lampu dengan kemampuan menyorot bertubi-tubi dengan selang waktu singkat.
SUBTRACTIVE:
Sistem penyusunan balans warna dengan mengurangi unsure warna, suatu kebalikan dari additive atau menambahkan.
SUPER WIDE LENS:
Lensa bersudut super lebar yang biasa digunakan untuk pemotretan arsitektur, interior, eksterior, pemandangan, dll. Misalnya lensa 15 mm, 17 mm.
SYNC CORD TERMINAL:
Terminal sinkronisasi lampu-kilat; soket untuk memasang kabel tambahan yang dihubungkan dengan lampu-kilat.
SYNC SHUTTER SPEED:
Kecepatan rana yang sinkron dengan lampu kilat.
SYNCRO:
Saklar otomatis. Dengan menggunakan saklar ini pada lampu kilat maka bila ada kilatan cahaya lampu kilat lain akan mengakibatkan menyalanya lampu kilat yang terpasang syncro.
TABLE-STAND:
Kaki tiga (tripod) kecil. Sandaran kamera yang membantu menahan goyang yang dipakai di atas meja.
TEXTURE:
Tekstur, sifat permukaan atau sifat bahan., merupakan elemen seni visual yang sangat penting karena mampu memberi kesan "rasa" seperti halus, kasar, mengkilat, dll.
TELE CONVERTER:
Lensa tambahan yang dipasang di antara lensa asli dan tubuh kamera, yang dapat mengubah lensa normal menjadi tele dan lensa tele menjadi tele panjang. Umumnya kelipatannya dua atau tiga kali jarak fokus lensa asal.
TELE LENS:
Lensa tele yang digunakan untuk memperbesar objek yang akan difoto. Lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek. Khusus untuk pemotretan potret (portrait) penggunaan lensa seperti ini akan menghasilkan perspektif wajah yang mendekati aslinya. Misalnya: lensa 85 mm, lensa 135 mm, lensa 200 mm, dll.
TELEPHOTO LENS:
Lensa telefoto, lensa yang mempunyai fokus panjang. Pembuatan bayangan (image) pada lensa telefoto lebih pendek bila dibandingkan dengan lensa lain.
TELEPHOTO MEDIUM:
Telefoto menengah, jenis lensa telefoto yang mempunyai panjang antara 75 - 135 mm.
TEST STRIP:
Suatu cara untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik (normal) yang dilakukan dengan cara membuat pencahayaan bertingkat pada saat mencetak sebelum mencetak sesungguhnya.
TILT HEAD:
Kemampuan kepala lampu-kilat untuk dapat diputar. Fungsinya untuk mendapatkan efek pencahayaan yang lembut dengan cara memantulkan terlebih dahulu cahaya yang keluar dari lampu-kilat. Kuatnya cahaya yang jatuh ke objek sangat bergantung pada permukaan pemantul, warna dan jaraknya.
TIMER SWITCH:
Pengukur waktu yang akan memutuskan aliran listrik pada akhir hitungan yang telah ditentukan.
Top Light:
Cahaya (dari) atas. Cahaya yang berasal dari atas objek. Biasanya digunakan untuk menerangi bagian atas kepala model yang akan difoto. Arah cahaya juga dapat menampilkan detail benda.
Transparan:
Tembus pandang ialah permukaan suatu benda yang tidak menghambat pandangan untuk melihat benda di belakangnya. Kaca dan plastik misalnya bersifat tembus pandang.
Translusen:
Tembus sinar. Namun kita tidak biasa melihat benda yang berada di belakang benda yang translusen tersebut. Misalnya kaca es, kaca buram, kaca susu, plastik suram, dsb.
Transparancy:
Transparan, gambar tembus, slide atau film positif.
Tripod:
Kaki-tiga. Suatu alat yang digunakan untuk menyangga kamera yang berbentuk kaki-tiga, yang dapat dipanjangkan dan dipendekkan sesuai keinginan (terbatas). Biasa digunakan untuk membantu mengatasi goyang saat melakukan pemotretan yang menggunakan lensa telefoto, atau yang menggunakan kecepatan rendah sehingga kedudukan kameranya tetap stabil dan pemotretan terhindar dari goyang.
Tripod Socket:
Tempat (ulir) untuk tripod. Suatu bagian di kamera, biasanya berlubang dengan ulir di dalamnya, yang berguna untuk tempat memasang tripod atau kaki-tiga kamera.
TTL:
Singkatan dari Through the Lens Metering. Sistem pengukuran cahaya melalui lensa. Biasa juga disebut OTF (Off the Film Metering). Kamera harus terisi film untuk mendapatkan pengukuran yang akurat. Atau dengan cara lain yaitu menggantikannya dengan kertas buram yang diletakkan pada jendela lintas film yang harus menutupi seluruh jendela tersebut. Jika tidak maka akan mendapatkan kalkulasi pengukuran yang salah karena sensor di dalam kamera akan membaca pelat hitam penekan film.
Tungsten Film:
Film yang khusus diperuntukkan bagi pemotretan yang dilakukan dengan cahaya buatan dengan lampu biasa atau photo-flood, namun juga tetap dapat dipakai untuk pemotretan di bawah cahaya alami.
Twin Lens Reflex:
Refleks Lensa Kembar. Kamera yang mempunyai dua lensa. Satu lensa berfungsi untuk menangkap objek yang dipantulkan oleh cermin melalui jendela pembidik, satu lensa berfungsi untuk menangkap objek untuk diteruskan ke film. Menggunakan jenis kamera seperti ini harus ekstra hati-hati karena sering terjadi kesalahan yang disebut paralaks pada pemotretan jarak dekat.
Iltra Fast Film:
Film dengan kecepatan sangat tinggi (ISO 800, 1600, 3200, dst) Dirancang untuk pemotretan dengan cahaya rendah seadanya. Foto yang dihasilkan berbutir kasar namun jadi satu pilihan kreatif bagi pemotret yang menyukainya.
ULTRA FINE GRAIN:
Butiran sangat halus. Salah satu sifat film atau obat pengembang.
ULTRAVIOLET:
Gelombang sinar dari sisi ungu yang tampak oleh mata. Yang biasanya terdapat di dataran tinggi dan pada waktu cuaca mendung.
ULTRAVIOLET FILTER:
Filter (penyaring) dalam pemotretan yang berguna untuk menetralisasi radiasi sinar ultraviolet di daerah yang berketinggian lebih dari 1000 meter atau sekitar 100 meter dari permukaan air laut.
ULTRAVIOLET LENS:
Lensa ultraviolet. Jenis lensa khusus yang digunakan untuk merekam sinar ultraviolet. Biasanya digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan.
UNEXPOSED:
Tidak/belum tercahayai.
VARIOCROSS FILTER:
Filter yang terdiri dari dua keping kaca bening, masing-masing dengan goresan miring yang sejajar. Goresan dari satu keeping bersilangan dengan goresan dari keping yang lainnya bila kedudukannya diubah. Efek bintang dan perpotongan sinar dapat disesuaikan menurut selera hanya dengan memutar-mutar filter.
UNITY:
Kesatuan. Merupakan criteria kesenirupaan yang terkemuka, sebuah karya seni dianggap berhasil bila unsure-unsurnya tidak terlepas sendiri-sendiri.
UNDER EXPOSURE:
Pencahayaan kurang. Suatu nilai pencahayaan yang terdapat pada film atau foto di mana gambar yang ada tampak agak gelap atau tampak tipis (pada film negatif) karena pencahayaannya yang ada saat pemotretan kurang.
VARIO FOCAL LENS:
Lensa zoom. Lensa yang mempunyai panjang focus yang dapat diubah-ubah atau dapat bergeser. Misalnya: lensa 20-35 mm, lensa 35-70 mm, lensa 80-200 mm, dsb.
VARIO LENS:
Lensa vario atau sering disebut sebagai lensa zoom. Yaitu sebuah lensa yang memiliki jangkauan panjang focus yang bervariasi atau dapat diubah-ubah. Dengan demikian memudahkan pemotret memilih berbagai ruang pandang hanya dengan menarik-ulur lensa atau memutarnya.
VERTICAL GRIP:
Alat pelepas rana untuk pengambilan gambar secara vertikal tanpa harus memutar tangan.
VIEW CAMERA:
Kamera yang menggunakan film format besar dan digunakan untuk keperluan pemotretan yang memerlukan detail tajam pada pencetakan hasil foto yang besar-besar umumnya digunakan di dalam studio untuk pemotretan still life karena dapat menyempurnakan perspektif serta menambah ruang tajam. Detail gambar dapat ditampilkan secara sempurna.
VIEW FINDER:
Jendela bidik. Bagian dari kamera yang berfungsi sebagai tempat mata melihat bayangan benda yang akan diabadikan.
WAIST LEVEL FINDER:
Pembidik sebatas pinggang.
WETTING AGENT:
Obat pelarut tetes air yang mengendap pada film. Photo flo adalah larutan seperti itu.
WARM TONE:
Bernada warna hangat. Suatu warna yang terasakan tidak terlampau menyilaukan mata, atau berwarna ke arah cokelat gelap ke arah hitam pekat.
WATT/SECOND (W/S):
Satuan daya pada lampu kilat studio yang dibedakan dengan lampu kilat portable yang menggunakan GN. Tidak ada rumusan relevansi antara W/S dan GN, tapi 100 W/S hampir sebanding dengan GN = 30.
WEDDING PHOTOGRAPHY:
Fotografi pernikahan. Fotografi yang mengkhususkan diri pada pengabadian momen-momen atau peristiwa pernikahan. Untuk menekuninya diperlukan pemahaman tehnik fotografi, pencahayaan (lighting) serta adat dan tata-cara pernikahan.
WIDE ANGLE LENS:
Lensa sudut lebar, misalnya lensa 20 mm atau 24 mm. Jenis lensa dengan tubuh pendek yang biasa digunakan untuk memotret sebuah panorama luas atau untuk pemotretan sejumlah besar orang. Lensa ini menampakkan gambar yang lebih kecil.
WIDE SHOT:
Pemotretan dengan sudut pandang lebar. Biasanya merupakan satu jepretan panjang diawal suatu sekuen. Tujuannya untuk mengarahkan penonton pada adegan berikutnya pada gambar hidup (movie).
WIRELESS TTL:
Sistem pengukuran lewat lensa tanpa melalui kabel.
WORLD PRESS PHOTO (WPP):
Suatu kegiatan lomba foto jurnalistik internasional yang diadakan rutin setiap tahun. Pesertanya adalah pemotret dari seluruh dunia yang tergabung dalam sebuah media.
WORM EYE:
Pandangan cacing. Berarti memotret dari sudut pandang permukaan tanah. Hasilnya adalah rekaman foto dengan kesan tinggi yang ekstrim, hasil gambarnya pun unik karena sudut pandang seperti itu.
X-RAY FILM:
Film sinar-x. Film ini dibuat kontras dan dibungkus dengan kertas timah. Karena sinar x dapat menembus benda-benda padat seprti kulit, tekstil, dan lain-lain, maka dalam pemotretan akan tampak bayangan-bayangan yang mengganggu. Film ini biasa digunakan dalam bidang kedokteran dan pengobatan.
ZONE SYSTE<:
Suatu cara untuk menghasilkan foto dengan tingkat kontras yang dimulai dari nada hitam pekat hingga nada warna putih sekali.
ZOOM LENS:
Lensa zoom. Jenis lensa yang memiliki elemen yang mampu bergerak hingga membuat panjang fokal bervariasi. Panjang focus dapat diganti-ganti dengan memendekkan atau mengulur tabung lensa.
ZOOM-BLUR:
Kekaburan gambar yang disebabkan oleh gerakan zoom pada waktu melepas rana kamera.
ZOOMING RING:
Gelang batas rentang vario pada lensa zoom.
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR
Ditinjau dari ukuran ( SIZE )
• ECU (Exsterim Close Up)
Pengambilan gambar hanya pada bagian badan tertentu saja, contohnya hanya mata, dll
• MCU (Medium Close UP)
Pengambilan gambar mulai dari dagu hingga dahi kepala
• MS (Medium Shot)
Pengambilan gambar mulai pada dibawah bahu hingga diatas kepala
• KS (Knee Shot)
Pengambilan gambar mulai pada dibawah lutut sampai dengan diatas kepala
• FS (Full Shot)
Pengambilan gambar dari bawah kaki hingga ke atas kepala
• LS (Long Shot)
Pengambilan gambar lebar, memfokuskan pada bacground
• ELS (Exstra Long Shot)
Pengambilam gambar pemandangan

 

Semoga bermanfaat…………..

Continue Reading...

Memaksimalkan Kamera Saku part 2

Tidak ada komentar:

clip_image001[4]

Kamera saku atau yang biasa disebut juga Pocket Camera pada dasarnya sudah memiliki fasilitas yang sama dengan kamera SLR (single-lens reflex), perbedaaannya hanya di kemampuan lensa saja. Perbedaannya akan sangat terasa jika kita memotret makro, atau memotret model, kita tidak akan mendapati blur di bagian belakang model. Jika digunkan untuk memotret pemandangan mungkin sudah sebaik kamera SLR (single-lens reflex).
Untuk memaksimalkan kerja dari pocket kamera ini mari kita belajar bersama-sama bagaimana cara menggunakannya yang benar sesuai dengan kebutuhan kita.

1.   Baca buku petunjuk dari kamera anda terlebih dahulu.

2.   Kenali setiap tombol yang ada beserta kegunaannya.

3.   Kenali situasi yang akan dipotret, usahakan di sesuaikan dengan settingan yang telah  disediakan oleh kamera tersebut.

      Misalnya :

Jika ingin memotret pemandangan, maka yang kita lakukan adalah dengan mengatur kamera kita menjadi modus pemandangan/Landscape..

Jika kita ingin memotret benda2 yang kecil, kita dapat menggunakan settingan Macro.

4.   Jangan pernah menggunakan Digital zoom, karena itu seperti halnya cropping yang tejadi pada komputer.

5.   Gunakan setting auto jika kita ingin mudah dalam pengoperasian.

6.   Nyalakan blits atau lampu flash jika cahaya kurang mendukung.

7.   Nyalakan lampu flash jika object membelakangi cahaya. Misalnya foto dengan latar belakang laut, dst.

8.    Gunakan Tripod jika ingin mengabadikan foto malam hari tanpa menggunakan lampu flash.

9.    Usahakan dalam memegang kamera tangan tetap diam, agar foto tidak blur.

Kelemahan Pocket Kamera :

1.   Noise atau gambar yang kurang bersih.

2.   Auto Fokus yang lambat, apalagi jika object yang akan dipotret dalam keadaan bergerak.

3.   Memiliki kisaran warna terang dan gelap dan terang yang rendah.

      Keunggulan Pocket Kamera :

1.   Harga terjangkau.

2.   Memiliki body yang cenderung kecil yang dapat dengan mudah untuk dibawa.

3.   Dapat dengan mudah di operasikan apabila ada moment langka.

Kamera saku memiliki kelebihan dan keterbatasan, tapi bila Anda bisa memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangannya, kamera saku akan menjadi alat fotografi yang luar biasa. Dengan Kamera Saku-pun anda juga dapat mengabadikan saat-saat yang penting layaknya seperti kamera SLR, dengan catatan anda sudah menguasai sepenuhnya alat anda. Dan apabila anda ingi menyempurnkan gambar yang anda peroleh, anda bisa juga mengolahnya di aplikasi pengolah gambar..

Selamat mencoba.

ini hasil gambar yang didapatkan dari kamera saku.

clip_image002[4]

clip_image003[4]

clip_image004[4]

clip_image005[4]

clip_image007[4]

clip_image009[4]

Semoga bermanfaat………………

Continue Reading...

Memaksimalkan Fungsi Kamera Pocket

Tidak ada komentar:

clip_image002

Pernah mendengar istilah ”The Man Behind The Gun”? Dalam fotografi istilah tersebut sering kita jumpai. Artinya, hasil jepretan tidak melulu bergantung pada jenis kamera atau dianalogikan ’senjata’ yang digunakan, melainkan kepada keahlian si pengambil foto (fotografer).

Tips Maksimalkan Kamera (Saku)

Bagi Anda yang tidak atau belum mempunyai kamera SLR dan hanya mempunyai kamera digital dalam bentuk kamera saku, tidak perlu merasa berkecil hati.

Kamera saku dapat menghasilkan gambar yang bagus, asalkan dapat memaksimalkan dengan baik fungsi-fungsi yang terdapat dalam kamera digital tersebut. Beberapa tips penggunaan kamera saku digital, di antaranya :

1.    ISO Setting

ISO Setting dipakai untuk menyesuaikan sensitivitas terhadap cahayayang diterima. ISO dalam kamera saku berkisar antara 100 – 1000. Jika berada pada malam hari atau di beberapa tempat yang cahayanya kurang, gunakan ISO tinggi. Sebaliknya, untuk tempat-tempat yang memiliki cahaya terlalu banyak gunakan ISO rendah.

2.    Self Timer

Untuk menstabilkan kamera saat gambar diambil bisa digunakan Self Timer. Self Timer adalah fungsi di mana kamera mengambil gambar otomatis setelah kita menekan tombol shutter. Kita bisa menentukan jeda waktunya selama dua atau sepuluh detik.

Walapun biasanya fungsi ini digunakan untuk foto group, tidak ada salahnya juga mencoba untuk mengambil foto biasa agar gambar yang diambil tidak goyang dan tidak kabur.

3.    Tripod dan Bidang Diam

Untuk menghasilkan gambar yang stabil bisa juga menggunakan tripod dan bidang diam. Tripod tidak hanya digunakan untuk kamera SLR saja, kamera saku digital pun bisa.

4.    Komposisi Objek

Pengaturan komposisi objek dapat menciptakan ruang tajam yang sempit. Objek foto dapat terlihat blur di latar depan atau latar belakang. Untuk foto wajah, usahakan tidak mengambilnya tepat di tengah, agar tidak terlihat membosankan.

5.    Pencahayaan dan Blitz (Flash).

Usahakan agar mendapatkan pencahayaan yang cukup baik dan sebisa mungkin meminimalisasikan penggunaan Blitz (Flash), kecuali pada kondisi yang kurang sekali cahaya.

6.    Optical Zoom dan Digital Zoom

Dalam kamera saku, biasanya dilengkapi lensa yang memiliki dua fungsi yaitu Optical Zoom dan Digital zoom. Saat menggunakan Optical Zoom, ukuran subyek akan diperbesar oleh komponen gelas optik di dalam lensa, hal ini seperti cara kerja pada teropong. Setelah itu, hasil perbesaran dari lensa akan ditangkap oleh sensor kamera lalu direkam.

Hal yang sebaliknya terjadi pada Digital Zoom. Digital Zoom pada dasarnya tidak benar-benar memperbesar ukuran subyek, namun hanya melakukan pemotongan (crop) area gambar disekitar subyek dan “mengembangkan” ukuran foto dengan menggunakan interpolasi.

Dengan cara seperti ini, foto akan kehilangan banyak detail. Tak heran jika Anda menggunakan Digital Zoom maka hasil foto akan tampak tidak tajam. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari penggunaan Digital Zoom.

7.    Scene Mode

Gunakan penggunaan Scene Mode untuk beberapa kondisi tertentu. Misal, sunset untuk memotret senja. Daylight untuk memotret siang hari, cloudy untuk berawan, beach untuk pantai, dsb.

8.    Fitur Makro

Digunakan untuk memotret sesuatu yang memiliki detail yang khusus, seperti bunga, serpihan kaca, dan objek-objek yang berjarak dekat.

9.    Bandingkan hasil pada LCD dan Komputer

Jika menggunakan kamera digital, jangan percaya layar LCD pada kamera untuk melihat hasil jepretan, jika kapasitas memori terbatas untuk membuat banyak kombinasi gambar segeralah upload ke komputer untuk melihat hasilnya dan ulangi eksperimen Anda sampai hasilnya memuaskan.

10.   Aperture (AV)

Latar belakang dapat dirubah menjadi blur atau jelas dengan fitur ini. Jika kamera saku anda memiliki fitur untuk mengubah setting Aperture bereksperimenlah dengan mengubah besaran aperture – f/x.

Pilih angka x yang besar jika Anda ingin bidang fokus yang luas (semua tampak fokus), atau pilih x yang kecil jika Anda hanya ingin bidang fokus yang sempit (sehingga area diluar titik fokus tampak kabur).

11.    White Balance

Untuk foto-foto landscape gunakan saja auto, tapi jika Anda sedang ada di dalam kota di malam hari dengan lampu-lampunya yang berkilauan dan begitu cantik coba untuk preset/custom white balancenya.

12.   Auto Focus

Biasakan untuk menekan ½ tombol shutter sebelum foto diambil secara keseluruhan, agar dapat memfokuskan gambar secara maksimal.

Semoga setelah mengetahui fungsi dan bagaimana cara memaksimalkan kamera saku, Anda dapat lebih kreatif berkarya.

 

Salam jepret!

Continue Reading...