Minggu, 13 Februari 2011

Siapa bilang kamera saku tidak bisa untuk low light dan action photography?


Panasonic LX3 yang terpercaya
Banyak menyangka bahwa kamera saku itu payah untuk fotografi di tempat yang gelap dan apalagi sudah gelap lalu subjek foto bergerak-gerak seperti pertunjukan tari. Saya pun tadinya menyangka demikian. Kemarin saya diundang untuk menghadiri acara seni budaya tiongkok, dan sepertinya merukapan suatu acara yang menarik karena kehadiran penyanyi dan grup tari kelas atas di negeri tiongkok.
Tapi hari itu saya malas membawa kamera DSLR, tentunya karena ukuran dan berat. Saya lalu membawa kamera saku terpercaya, Panasonic Lumix LX3. Saya pikir ya kalau foto-fotonya nanti jelek gak apa apa yang penting bisa menikmati acaranya.
Namun hasil yang saya lihat setelah saya memindahkan foto-foto tersebut ke komputer sungguh lumayan. Inilah pendapat dan tips saya mengenai perbedaan mengunakan kamera saku atau DSLR saat foto di tempat gelap dan action photography.
Perbedaan kamera saku dan kamera DSLR

 

Panasonic LX3 yang terpercaya

Perbedaan utama yang saya rasakan tentunya pertama-tama adalah ukuran dan berat. Kamera saku jauh lebih kecil dan ringan daripada kamera DSLR dengan lensanya. Dengan ukurannya yang kecil, tidak menarik perhatian orang lain. Selain itu, kalau saya memakai kamera DSLR sering sekali saya memikirkan untuk mengganti lensa, sedangkan kalau memakai kamera saku, lensanya sudah fix ga bisa diganti jadi saya tinggal fokus untuk mengambil foto saja.
Karena sensor kamera saku yang kecil, kedalaman ruang menjadi besar, sehingga semua subjek dalam foto menjadi fokus dari ujung ke ujung meskipun bukaan yang dipakai besar. Hal ini tidak selalu demikian pada kamera DSLR. Sering kali yang didapat adalah subjek yang di fokus jelas, sedangkan yang menjauh dari subjek menjadi sedikit kabur. Seberapa besar kaburnya tergantung pada bukaan lensa yang dipakai.
Tentunya ada juga beberapa kekurangan kamera saku dalam foto jenis ini yaitu batere lebih cepat habis karena kamera saku memiliki batere yang berkapasitas kecil yang kira-kira hanya bisa foto sebanyak kurang lebih 100 foto saja (full charge). Sedangkan DSLR bisa sampai 300-400 foto sekali charge.
Selain itu, kamera saku juga tidak bisa menyaingi kualitas foto kamera DSLR dalam hal kualitas warna, pengendalian noise (bintik-bintik) pada foto di ISO tinggi. Namun, bila kebutuhan foto adalah untuk web ataupun cetak dalam ukuran kecil, sebenarnya agak susah membedakan foto yang diambil oleh kamera saku atau kamera DSLR.

Tips dalam mengunakan kamera saku
Gunakan mode manual supaya pencahayaan lebih optimal karena di foto sebuah pertunjukan seni, sering sekali kamera gagal menentukan setting bukaan dan kecepatan rana yang optimal. Biasanya foto akan menjadi terlalu terang sehingga muka orang menjadi putih semua. Bagi yang memakai kamera saku yang tidak memiliki mode manual, manfaatkan fungsi kompensasi eksposur.
Jangan aktifkan lampu kilat (flash) baik memakai kamera digital atau DSLR, karena hanya akan mengganggu performer dan juga penonton yang lain. Yang tidak kalah penting adalah penggunaan lampu kilat bisa menghilangkan suasana pertunjukan dan seni pencahayaan yang di desain khusus.

Bila memakai flash, suasana pencahayaan seperti ini 
tidak akan 
terekam

Bila memakai flash, suasana pencahayaan seperti ini tidak akan terekam

Timing saat menjepret sangat penting untuk membuat foto yang optimal. Kecepatan auto fokus kamera saku biasanya lebih lambat dari kamera DSLR, oleh sebab itu, pre-fokus akan sangat membantu. Arti pre-fokus adalah memencet setengah dari tombol jepret (shutter) dan kemudian tekan sampai penuh saat defining moment (saat-saat menentukan) itu tiba.
Setting shutter speed (kecepatan rana) sesuai kondisi juga penting. Shutter speed menentukan banyaknya cahaya yang masuk ke kamera, dan juga merekam efek gerakan. Kalau ingin menangkap efek gerak, maka gunakan shutter speed rendah, seperti 1/4 detik, tapi kalau ingin membekukan foto, pakai shutter speed relatif cepat, seperti 1/100 detik atau lebih cepat lagi

Untuk merekam efek gerakan kipas, saya mengunakan 
shutter speed 
lambat (1/4 detik)

Untuk merekam efek gerakan kipas, saya mengunakan shutter speed lambat (1/4 detik)

Karena lensa kamera saku biasanya tidak bisa zoom begitu jauh dan meskipun bisa jauh, biasanya bukaan maksimalnya kecil (akibatnya kualitas foto menurun terutama di kondisi ruangan yang gelap). Maka sebaiknya mengambil foto dari jarak yang dekat. Maka itu jangan sias-siakan apabila Anda berkesempatan untuk duduk di deret paling depan.
Yang terakhir adalah jangan takut menggunakan ISO tinggi bila memang diperlukan untuk meningkatkan shutter speed. Meski akan banyak bintik-bintik pada hasil akhir foto, tapi jangan kuatir karena hal ini menambah efek artistik foto atau bisa di muluskan saat post-processing melalui software pengolah foto. Lebih baik menangkap momen daripada takut foto banyak noise.
Oke, demikian pengalaman dan tips saya tentang memakai kamera saku untuk foto action photography, semoga bisa bermanfaat. Dibawah ini contoh foto-foto di acara serupa.

Mongolian bowl dance

Kamera saku berlensa lebar memungkinkan untuk merekam semua penari di atas pentas.

Mongolian dance

Pose ini hanya berthan 1-2 detik, jadi antipasi yang baik dibutuhkan

a Lu A Zhou

Jangan lupa memutar kamera Anda apabila adegan lebih pas di ambil dengan orientasi vertikal

Dari penari yang paling depan sampai yang paling belakang, 
semuanya tajam. Hal ini karena kedalaman ruang kamera saku yang 7-8 kali
 lebih daripada kamera DSLR meski lensa yang dipakai berbukaan besar..

Dari penari yang paling depan sampai yang paling belakang, semuanya tajam. Hal ini karena kedalaman ruang kamera saku yang 7-8 kali lebih daripada kamera DSLR meskipun lensa yang dipakai berbukaan besar.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar